Menciptakan lapangan kerja bagi difabel

Kamis 14 Mar 2024 - 22:40 WIB
Oleh: Khaerul Izan

Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta mendata, jumlah angkatan kerja di daerah itu berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada Agustus 2023 sebanyak 5,43 juta orang, naik 174 ribu orang dibanding Agustus 2022 dengan jumlah 5,26 juta orang, sedangkan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) naik sebesar 2,13 persen poin.

Data yang dikeluarkan pada Senin, 6 November 2023, itu menunjukkan bahwa penduduk Jakarta yang bekerja sebanyak 5,07 juta orang, naik 197 ribu orang dari Agustus 2022.

BACA JUGA:Kiat Hadi Tjahjanto menciptakan suasana tenteram pascapemilu

Sementara lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan dan terbesar adalah sektor industri pengolahan, sebanyak 61 ribu orang.

Data tersebut juga menunjukkan bahwa 3,23 juta orang atau 63,77 persen orang bekerja pada kegiatan formal, naik 0,65 persen poin dibanding Agustus 2022.

BPS mencatat tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Jakarta Agustus 2023 sebesar 6,53 persen, turun sebesar 0,65 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2022.

Data tersebut belum termasuk penyandang disabilitas yang rerata tidak memiliki akses pendidikan memadai, karena mereka lebih banyak yang lulusan sekolah dasar (SD), dan paling tinggi sekolah menengah atas (SMA). Otomatis lapangan pekerjaan pun tidak sebanyak para pencari kerja manusia yang normal.

Pemilik Kedai Kafe Sunyi Mario P Hasudungan Gultom saat memberi penjelasan di Jakarta, Senin (26/2/2024). ANTARA/Khaerul Izan

Melihat kondisi dan Melihat kondisi dan kenyataan di lapangan yang sulit bagi para disabilitas untuk mendapatkan pekerjaan, seorang pemuda mencoba menginisiasi dengan mendirikan Kedai Kafe Sunyi.

BACA JUGA:Membangun Lumbung Padi untuk Petani Berdaulat

Kafe yang saat ini sudah ada di tiga tempat itu semua pekerjanya merupakan penyandang disabilitas, khususnya tunarungu.

Menurut pemilik Kedai Kafe Sunyi Mario P Hasudungan Gultom, mayoritas pencari kerja difabel lulusan SD atau SMP, sedangkan yang dibutuhkan minimal lulusan S1. Kenyataan itu membuat dia mencoba membuka lapangan kerja dengan mendirikan kedai kopi.

Kedai kopi yang didirikan tahun 2019 itu semua karyawannya merupakan penyandang disabilitas tunarungu.

Berbagi ilmu

Setelah cukup sukses membangun bisnis dengan mempekerjakan penyandang disabilitas, Mario kemudian membuka pelatihan bagi difabel untuk menjadi seorang barista.

Saat ini sudah lebih 200 penyandang disabilitas tunarungu yang mendapatkan ilmu barista atau peramukopi dan mereka telah terserap di beberapa kedai kopi serta kafe yang didirikan oleh Mario.

Kategori :