BELITONGEKSPRES.COM - Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa struktur utang luar negeri Indonesia tetap dalam kondisi sehat. Pada Januari 2025, rasio utang luar negeri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tercatat sebesar 30,3 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan 30,5 persen pada Desember 2024.
Selain itu, mayoritas utang luar negeri Indonesia, yaitu 84,7 persen, berbentuk utang jangka panjang. Hal ini mencerminkan strategi pengelolaan utang yang berhati-hati guna menjaga stabilitas ekonomi nasional.
Menurut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, pertumbuhan utang luar negeri Indonesia terutama didorong oleh sektor publik, yang mencakup utang pemerintah dan bank sentral.
Secara tahunan, utang luar negeri Indonesia tumbuh 5,1 persen (yoy) menjadi 427,5 miliar dolar AS pada akhir Januari 2025, meningkat dari 4,2 persen (yoy) pada bulan sebelumnya. BI menegaskan komitmennya untuk memastikan utang luar negeri tetap dimanfaatkan secara optimal guna mendukung pembiayaan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
BACA JUGA:Pemerintah Siapkan 30 Proyek Strategis Tahun 2025, Targetkan 8 Juta Lapangan Kerja Baru
BACA JUGA:Presiden Prabowo Dorong Hilirisasi untuk Pemerataan Ekonomi dan Lapangan Kerja
Utang luar negeri pemerintah mengalami kenaikan 5,3 persen (yoy) menjadi 204,8 miliar dolar AS, didorong oleh meningkatnya arus modal asing ke dalam surat berharga negara (SBN) internasional. Hal ini menunjukkan tingginya kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi Indonesia.
Sementara itu, utang luar negeri sektor swasta masih mengalami kontraksi sebesar 1,7 persen (yoy), sama seperti pada bulan sebelumnya. Kontraksi ini terutama berasal dari sektor korporasi keuangan, yang mencatat penurunan lebih dalam sebesar 2,3 persen (yoy), dibandingkan dengan kontraksi satu persen pada Desember 2024.
BI menegaskan akan terus berkoordinasi dengan pemerintah dalam memantau dinamika utang luar negeri guna memastikan stabilitas ekonomi nasional tetap terjaga. (antara)