BELITONGEKSPRES.COM - Rafah, kota yang berada di perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir, menjadi sasaran serangan militer Israel yang mengancam nyawa 1,4 juta warga Palestina. Mereka menghadapi kelaparan, kekurangan tempat berlindung, dan situasi kemanusiaan yang sangat parah.
Dalam sebuah post di X Jumat, 10 Februari 2024, perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Josep Borrell mengungkapkan keprihatinannya atas serangan Israel di Rafah.
Ia mengatakan bahwa serangan tersebut akan memperburuk kondisi warga Palestina yang sudah menderita akibat blokade Israel selama bertahun-tahun. “Tanpa tempat yang aman untuk pergi, menghadapi kelaparan,” kata Borrell.
Borrell juga menyerukan agar Israel menghormati hukum humaniter internasional dan menghindari korban sipil. Ia menegaskan bahwa Uni Eropa akan terus mendukung upaya perdamaian dan solusi dua negara untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina.
BACA JUGA:Ketum Nasdem Buka Suara Peluang Koalisi di Putaran Kedua Pilpres 2024
BACA JUGA:Israel Terpaksa Tunduk pada AS karena Ancaman Yaman
Serangan Israel di Rafah dilakukan setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan tentaranya untuk menyiapkan rencana untuk mengungsikan penduduk dan menghancurkan empat batalyon Hamas di Rafah4.
Netanyahu mengklaim bahwa hal ini diperlukan untuk mencapai tujuan perangnya, yaitu menghilangkan Hamas sebagai ancaman bagi Israel. Namun, langkah ini ditentang oleh Amerika Serikat, sekutu utama Israel, yang mengkhawatirkan dampaknya bagi warga sipil.
“Setiap operasi militer besar di Rafah pada saat ini, dalam keadaan seperti ini, dengan lebih dari sejuta atau mungkin lebih dari satu setengah juta warga Palestina yang mencari perlindungan dan telah mencari perlindungan di Rafah tanpa mempertimbangkan keselamatan mereka akan menjadi bencana. Dan kami tidak akan mendukungnya,” kata Koordinator NSC untuk Komunikasi Strategis John Kirby, Kamis, 9 Februari 2024.
Rafah merupakan kota terpadat di Jalur Gaza, dengan populasi sekitar 1,4 juta jiwa. Jumlah ini meningkat setelah tentara Israel memaksa ratusan ribu warga Palestina di bagian utara dan tengah Jalur Gaza untuk melarikan diri ke selatan sejak awal operasi darat Israel pada 7 Oktober 2023.
BACA JUGA:Dunia Harus Sadar Ajakan Israel akan Perparah Kelaparan di Gaza
BACA JUGA:Akun Instagram Mahfud MD Dihack, Bagikan Postingan Tentara Israel
Israel mengatakan bahwa Rafah adalah area yang aman bagi warga Palestina, tetapi kenyataannya kota ini juga menjadi sasaran serangan udara dan tembakan artileri Israel yang merusak rumah, sekolah, masjid, dan fasilitas kesehatan.
Hingga hari Jumat, 10 Februari 2024, operasi darat Israel belum mencapai Rafah, tetapi sudah menewaskan lebih dari 2.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 10.000 lainnya di Jalur Gaza.
Akibat kekejaman yang dilakukan di Jalur Gaza, Israel menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional untuk pertama kalinya dalam sejarahnya. Hal ini disambut baik oleh pihak regional dan global untuk mengakhiri impunitas Israel, tetapi ditentang oleh AS yang masih mendukung Israel sebagai sekutunya di Timur Tengah. (*)