BELITONGEKSPRES.COM - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI, Martinus Hukom, menekankan pentingnya penguatan intelijen hingga pelosok negeri untuk menghadapi tantangan peredaran narkotika yang semakin kompleks menjelang tahun 2025. Strategi ini difokuskan pada deteksi dini di wilayah rawan guna mengimbangi jaringan narkotika yang terorganisasi secara lintas batas.
Dalam wawancara eksklusif di Jakarta, Martinus menyatakan bahwa pendekatan berbasis kontra jaringan menjadi kunci utama. "Kami berharap penggelaran intelijen ini mampu memberikan deteksi dini yang lebih kuat, sehingga kami selalu selangkah di depan," ungkapnya.
Sebagai mantan Kepala Densus 88 Anti Teror Polri, Martinus mengidentifikasi pola kesamaan antara jaringan kejahatan narkotika dan terorisme. Keduanya merupakan kejahatan lintas batas dengan struktur organisasi yang rapi. Namun, ia menyoroti bahwa jaringan narkotika lebih tersebar dan memiliki pola yang lebih kompleks dibandingkan jaringan terorisme yang relatif tersentral.
Untuk mengatasi hal ini, BNN akan menerapkan sistem pengejaran yang beroperasi tanpa henti selama 24 jam. Pendekatan ini bertujuan menekan aktivitas jaringan narkotika dengan terus memantau, menganalisis, dan merespons ancaman secara real-time. "Saat mereka membangun jaringan, kita harus membangun kontra jaringan. Penggelaran intelijen di seluruh daerah menjadi sangat penting," ujar Martinus.
BACA JUGA:Korupsi Timah: 2 Petinggi Smelter di Babel Divonis 8 Tahun Penjara, Uang Pengganti Fantastis
BACA JUGA:Kemensos dan BKN Dorong Inklusi Melalui Penilaian Kompetensi untuk PNS Disabilitas
Martinus juga menyoroti jalur masuk narkotika ke Indonesia, khususnya narkoba berbahan sintetis dari Myanmar, Afghanistan, dan Amerika Latin. Kawasan perairan seperti Selat Karimata dan Kepulauan Riau menjadi titik rawan yang terus diawasi.
Ia mengingatkan masyarakat bahwa keuntungan bisnis narkotika hanya bersifat ilusif karena peredaran narkoba selalu membawa dampak destruktif, termasuk munculnya kampung-kampung narkoba yang merusak tatanan sosial. "Pasar narkotika tergantung pada bagaimana masyarakat bereaksi. Jika kesadaran kolektif meningkat, pasar akan melemah," tegas Martinus.
Langkah ini mencerminkan komitmen BNN untuk memberantas peredaran narkotika secara holistik, tidak hanya melalui penguatan teknologi dan operasi, tetapi juga melalui pemberdayaan masyarakat sebagai benteng utama melawan bahaya narkoba. (ant)