Puluhan Siswi SMA Sulthan Baruna Cianjur Dilakukan Tes Kehamilan, Picu Perdebatan Etika dan Privasi
Video siswi SMA Sulthan Baruna menjalani tes kehamilan viral di media sosial--Istimewa
BELITONGEKSPRES.COM - Sebuah video yang memperlihatkan siswi SMA Sulthan Baruna di Desa Padaluyu, Kecamatan Cikadu, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menjalani tes kehamilan menjadi viral di media sosial.
Dalam video tersebut, para siswi terlihat antre untuk melakukan tes urine di toilet sekolah, diawasi oleh guru perempuan. Meskipun hasil tes dikumpulkan secara tertutup, video ini memicu perdebatan tentang etika dan privasi dalam pelaksanaannya.
Tes kehamilan ini merupakan bagian dari kebijakan sekolah yang telah diterapkan selama dua tahun terakhir. Biasanya dilakukan setelah liburan panjang, program ini diwajibkan untuk seluruh siswi dengan tujuan mencegah pergaulan bebas dan melindungi mereka dari risiko sosial.
Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, Mamat Mulyadi, menyebutkan bahwa kebijakan tersebut telah disepakati oleh pihak sekolah, orang tua, dan siswa. “Kami melakukannya bukan hanya untuk menjaga nama baik sekolah, tetapi juga sebagai wujud perhatian terhadap masa depan siswa-siswi,” jelas Mamat pada Kamis, 23 Januari.
BACA JUGA:IKN Siap Jadi Ibu Kota Politik pada 2028, Desain Perkantoran Ditinjau Ulang
BACA JUGA:Kemendikdasmen Tunggu Arahan Presiden untuk Ubah PPDB Jadi SPMB
Namun, video viral tersebut memunculkan kekhawatiran terkait potensi pelanggaran privasi siswi. Kepala Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah VI Provinsi Jawa Barat, Nonong Winarni, mengingatkan bahwa pelaksanaan tes kehamilan harus dilakukan dengan memperhatikan privasi dan martabat siswi.
“Privasi siswa harus menjadi prioritas utama. Jika tes dilakukan dengan cara yang terbuka atau sampai tersebar di media sosial, hal itu bisa menciptakan stigma negatif dan merusak kepercayaan siswa terhadap institusi pendidikan,” tegas Nonong. Ia juga menekankan pentingnya pengawasan terhadap penggunaan media sosial oleh guru dan staf sekolah.
Meskipun Nonong memahami tujuan program ini sebagai langkah pencegahan dan pembinaan karakter siswa, ia mengingatkan agar pelaksanaannya dilakukan secara etis dan sesuai norma pendidikan. “Setiap kebijakan harus mempertimbangkan dampaknya terhadap psikologis siswa dan menjaga nilai-nilai etika,” tambahnya.
Sementara itu, Helma Ajeng Purwanti, salah satu siswi yang mengikuti tes, mengaku awalnya merasa risih dengan kebijakan tersebut. Namun, ia mulai memahami tujuan program itu. “Kami anggap ini sebagai pengingat untuk menjaga batas pergaulan,” ujarnya.
Sebagai tanggapan terhadap kritik publik, pihak SMA Sulthan Baruna menyatakan komitmennya untuk mengevaluasi program ini. Sekolah berencana mengkaji ulang pelaksanaan tes kehamilan agar lebih menghormati privasi siswa tanpa mengurangi tujuan pencegahan yang ingin dicapai.
Kebijakan seperti ini menyoroti pentingnya keseimbangan antara upaya sekolah menjaga moralitas dan kewajiban untuk menghormati hak-hak dasar siswa, terutama privasi dan martabat mereka. Edukasi kesehatan reproduksi dan pendekatan berbasis dialog dinilai dapat menjadi solusi yang lebih etis dan efektif. (beritasatu)