MUI Ingatkan Dai Jaga Kata dalam Dakwah di Era Digital

Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Ahmad Zubaidi. --Antara

BELITONGEKSPRES.COM - Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Ahmad Zubaidi, menyerukan pentingnya peningkatan kualitas para dai di era digital. Menurutnya, dakwah yang disampaikan harus mengedepankan nilai-nilai santun, mendidik, dan penuh hikmah agar tetap relevan serta membawa manfaat bagi masyarakat luas.

"Dakwah adalah sarana menyampaikan nilai-nilai luhur Islam. Jika dai tidak berhati-hati dalam bertutur kata, dampaknya tidak hanya pada esensi dakwah itu sendiri, tetapi juga pada kredibilitas mereka sebagai tokoh agama," ujar KH Ahmad Zubaidi dalam keterangan persnya di Jakarta, Sabtu, 14 Desember.

Sebagai seorang akademisi di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, KH Ahmad Zubaidi menegaskan bahwa seorang dai tidak hanya membutuhkan penguasaan ilmu agama, tetapi juga etika dan tata krama yang kuat. Menurutnya, adab adalah fondasi utama dalam menyampaikan pesan dakwah, dan tanpa itu, seorang dai berisiko menyampaikan pesan yang justru berpotensi menimbulkan kesalahpahaman atau konflik.

"Ilmu tanpa adab hanya akan menghasilkan kesombongan. Seorang dai harus bijak memilih kata, menyampaikan pesan dengan kasih sayang, dan menghindari tutur kata yang dapat melukai perasaan," jelasnya.

BACA JUGA:Megawati Siap Datangi KPK Jika Hasto Ditangkap, Ini Tanggapan Lembaga Antirasuah

BACA JUGA:BMKG Ingatkan Ancaman Bencana Hidrometeorologi Jelang Libur Nataru

KH Ahmad Zubaidi juga menyoroti risiko era digital, di mana kesalahan dalam penyampaian dakwah dapat dengan mudah dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk memprovokasi konflik. Oleh karena itu, ia mengingatkan para dai untuk selalu berhati-hati dan bertanggung jawab atas setiap perkataan yang mereka sampaikan, baik di media langsung maupun media sosial.

Lebih lanjut, ia mendorong para dai untuk terus mengasah kemampuan komunikasi, termasuk retorika dan keterampilan berbicara di depan umum. Menurutnya, menyisipkan humor positif dalam ceramah adalah salah satu cara efektif untuk menjadikan dakwah lebih menarik, asalkan tetap dalam koridor norma yang tidak menyakiti orang lain.

"Dai harus belajar bagaimana membangun interaksi yang menarik dengan jamaah, menggunakan humor yang ringan dan bermanfaat. Dengan begitu, pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik tanpa mengurangi nilai-nilai keislaman," imbuhnya.

Melalui pendekatan yang santun, mendidik, dan beretika, KH Ahmad Zubaidi berharap para dai di Indonesia dapat terus menjadi panutan dan menjaga kepercayaan masyarakat. "Jika dakwah dilakukan dengan tata krama dan akhlak yang baik, insyaallah ilmu yang disampaikan akan lebih bermanfaat dan membawa perubahan positif," tutupnya. (beritasatu)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan