RISK STUDENTS

Mangifera Indica Juarsyah, S.Pd (Dok. Pribadi)--

Risk Students atau siswa yang berisiko adalah istilah yang banyak digunakan di Amerika Serikat untuk menggambarkan siswa yang membutuhkan intervensi khusus untuk memastikan keberhasilan mereka dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk spiritual, intelektual, dan emosional. Istilah ini menekankan bahwa ada sekelompok siswa yang menghadapi tantangan atau hambatan signifikan yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk beradaptasi, baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat secara lebih luas. 

Siswa yang termasuk dalam kategori ini sering kali tidak mampu bertransisi dengan baik dari satu fase kehidupan ke fase berikutnya. Ketidakmampuan ini dapat memengaruhi tidak hanya prestasi akademik mereka, tetapi juga kesehatan mental dan emosional mereka, serta kemampuan mereka untuk menavigasi tantangan teknologi, sosial, dan budaya yang berkembang pesat.

Masa remaja adalah periode yang sangat rentan bagi perkembangan individu. Pada masa ini, seorang siswa menghadapi banyak perubahan fisik, psikologis, dan sosial yang terjadi secara simultan. Remaja bisa dikategorikan ke dalam tiga fase utama yakni, remaja awal (12-15 tahun), pada fase ini anak-anak cenderung mulai mengalami perubahan fisik akibat pubertas dan juga mulai mengeksplorasi identitas diri, serta sering kali mulai membangun hubungan sosial di luar keluarga. 

BACA JUGA:Jangan Salah Menilai (Catatan Perjalanan Program AFS 2024)

Remaja pertengahan (15-18 tahun), pada fase ini kecenderungan remaja yang mulai menunjukkan kemandirian lebih besar, terutama dalam hal keputusan akademik dan sosial. Namun, fase ini juga sering diwarnai dengan kebingungan terkait identitas diri, serta tekanan untuk sesuai dengan norma-norma sosial. Remaja akhir (18-21 tahun), pada tahap ini, remaja mulai mempersiapkan diri untuk transisi ke dunia dewasa. Mereka diharapkan lebih mandiri dan siap untuk menanggung tanggung jawab yang lebih besar, baik dalam pendidikan maupun kehidupan sosial.

Namun pada masa peralihan dari satu fase ke fase lainnya, sering kali menimbulkan "culture shock", yaitu keterkejutan budaya di mana siswa merasa sulit menerima realitas baru yang mereka hadapi. Misalnya, siswa mungkin merasa tidak siap dengan tuntutan akademik yang lebih tinggi, norma sosial yang berubah, atau perubahan besar dalam kehidupan pribadi mereka. Situasi ini dapat menyebabkan risiko negatif bagi siswa yang tidak memiliki mekanisme koping atau dukungan yang memadai untuk menavigasi tantangan tersebut.

Beragam resiko yang bisa terjadi di kalangan siswa dalam menghadapi berbagai macam tantangan perubahan zaman saat ini. Remaja sering kali terpapar nilai-nilai yang tidak sesuai dengan norma-norma yang diajarkan oleh keluarga, sekolah ataupun masyarakat. Ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan sosial memicu berbagai macam permasalahan kesehatan mental maupun emosional. Ada beberapa permasalahan yang hari ini sangat-sangat memperihatinkan yakni fenomena LGBT, seks bebas dan juga open BO di kalangan siswa.

BACA JUGA:Merawat Masa Depan Bangsa Lewat Tata Kelola Data Pribadi yang Bijak

Fenomena LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender) di kalangan siswa sering kali dihubungkan dengan kebingungan identitas dan pengaruh lingkungan pergaulan. Masa remaja adalah periode pencarian jati diri, dan pada fase ini, seorang siswa cenderung mengeksplorasi berbagai aspek identitas, termasuk orientasi seksual. Ketika siswa berhubungan dengan komunitas LGBT, mereka mungkin mengalami kebingungan identitas yang mendalam, yang dapat menimbulkan masalah emosional, sosial, dan mental. 

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan siswa rentan terjerumus dalam komunitas LGBT seperti, ketidakmampuan dalam mengidentifikasi siapa diri mereka serta minimnya dukungan dari keluarga dan lingkungan sosial. Dan media sosial memainkan peran penting dalam membentuk persepsi remaja tentang orientasi seksual dan identitas gender. Ketika norma tradisional tidak dipertahankan, mereka cenderung mengeksplorasi apa yang disajikan secara daring.

Tidak hanya itu saja, fenomena seks bebas dan Open BO (Open Booking Order) di kalangan siswa juga menjadi hal yang sangat memperihatinkan saat ini. Banyak siswa yang tidak mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang seksualitas, sehingga mereka salah mengartikan dan mengeksplorasi tanpa batasan. Berawal dari seks bebas yang di lakukan oleh siswa tersebut, memiliki indikasi terhadap praktik prostitusi online, di mana siswa menawarkan diri mereka untuk transaksi seksual melalui platform daring. Fenomena ini menunjukkan adanya degradasi moral yang serius di kalangan remaja, dan hal ini menjadi salah satu indikasi bahwa mereka adalah risk students yang membutuhkan intervensi segera.

BACA JUGA:Presiden Baru, Harapan Baru Menuju Indonesia Maju

Ada banyak faktor pendorong yang menyebabkan terjadi seks bebas dan aktivitas open BO di kalangan siswa tersebut yakni, ketika siswa berada di lingkungan yang permisif terhadap seks bebas dan prostitusi, mereka cenderung melihat Open BO sebagai hal yang normal. Keterbatasan ekonomi dan kebutuhan finansial yang mendesak juga menjadi pendorong siswa untuk mencari penghasilan cepat melalui cara-cara yang tidak etis. Keinginan untuk memiliki barang-barang mewah, mengakses gaya hidup tinggi, ataupun memenuhi keinginan yang dipengaruhi oleh media sosial sering kali menjadi pemicu utama.

Maka dari itu untuk menghadapi permasalahan LGBT, seks bebas, dan Open BO di kalangan siswa ini, perlu adanya pendekatan yang dilakukan, di mana pendekatan ini harus bersifat holistik, mencakup tiga aspek utama yakni,  pendidikan, pendampingan, dan penegakan aturan. Pendidikan seksual dan karakter di sekolah menjadi poin penting yang harus dilakukan oleh intansi pendidikan formal saat ini, di mana sekolah harus menyediakan program pendidikan seksual yang komprehensif dan sesuai usia, serta program bimbingan konseling yang mengajarkan nilai-nilai moral dan kontrol diri. Siswa perlu dibekali pengetahuan tentang risiko perilaku seksual yang tidak aman serta dampak negatif dari fenomena LGBT dan seks bebas. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan