Selanjutnya Perang AS-Iran?
HASIBULLAH SATRAWI--
Dalam hemat penulis, semua perkembangan di atas telah memicu konflik secara lebih luas seperti serangan yang dilakukan Iran di beberapa tempat di Iraq dan Syria. Apalagi, Iran sempat dijadikan target ledakan bom pada peringatan meninggalnya Jenderal Qasem Soleimani (3/1). ISIS sempat mengklaim berada di balik dua serangan bom di Iran tersebut. Namun, kecurigaan lebih besar tetap tertuju kepada musuh utama negeri kaum mullah tersebut, yakni Israel atau AS.
Pada titik seperti ini, menarik mengikuti pertanyaan seperti yang pernah diajukan Al Jazeera terkait dengan hubungan AS dan Israel. Siapa yang mengontrol dan siapa yang dikontrol (dalam hubungan AS-Israel)?
BACA JUGA:Etnomusikolog, Komposer, dan Perkusionis
Apa pun jawaban dari pertanyaan di atas, pastinya eskalasi konflik di Laut Merah dan Iraq ini sangat menguntungkan bagi Israel. Dalam konteks Laut Merah dan Houthi, contohnya, Israel tidak perlu turun tangan dan berperang secara langsung melawan milisi pro-Iran itu. Begitu pun dalam konteks menghadapi Iran. Sejauh ini Israel tidak perlu (atau belum) turun tangan dan berperang secara langsung melawan negeri yang menjadi musuh utamanya saat ini di Timur Tengah.
Dalam beberapa waktu ke depan, perkembangan yang ada bisa semakin memburuk dan memaksa AS maupun Iran untuk terlibat dalam perang secara lebih total. Bahkan tidak tertutup kemungkinan menjadi konflik terbuka secara langsung. Namun, semua akan memberikan dampak yang tidak ringan bagi semua. Inilah yang akan menjadi pertimbangan serius bagi kedua belah pihak sebelum mengambil keputusan terkait dengan eskalasi konflik yang ada. Terlebih lagi, dunia sedang terbelah seperti sekarang yang disertai dengan lumpuhnya badan-badan dunia seperti PBB. (*)
*) HASIBULLAH SATRAWI, Pengamat politik Timur Tengah dan dunia Islam. Alumnus Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar, Pamekasan, Madura.