Makan Bergizi Gratis Diperkirakan Mendorong PDB Indonesia Menuju 34,2 Persen di 2025
Direktur Program Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti. ANTARA/Harianto--
BELITONGEKSPRES.COM - Berdasarkan penelitian terbaru oleh Institute for Development of Economics and Finance (Indef), program Makan Bergizi Gratis (MBG) diperkirakan akan memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian Indonesia, dengan kontribusi sekitar 34,2 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2025.
Direktur Eksekutif Indef, Esther Sri Astuti, menyampaikan bahwa anggaran MBG yang telah ditetapkan sebesar Rp71 triliun diharapkan menghasilkan PDB sekitar Rp4.510 triliun.
Esther menjelaskan bahwa setiap Rp1.000 yang diinvestasikan dalam program MBG akan menghasilkan manfaat ekonomi yang luar biasa, yaitu hingga Rp63.500.
Studi yang dilakukan Indef di 10 kabupaten/kota menunjukkan hasil yang menggembirakan, termasuk peningkatan penyerapan tenaga kerja sebanyak tiga orang dan peningkatan pendapatan untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang berperan sebagai mitra penyedia MBG, yang mencapai rata-rata 33,68 persen.
BACA JUGA:Prabowo-Gibran Diharapkan Pilih Menteri Berintegritas untuk Perbaikan Birokrasi
BACA JUGA:Polda Metro Jaya Tindak Penyalahgunaan LPG Bersubsidi, Pertamina Berikan Apresiasi
Melihat proyeksi ke depan, Indef memperkirakan bahwa pada tahun 2029, jika anggaran untuk program MBG ditingkatkan menjadi Rp298,4 triliun dan menyasar sekitar 82,9 juta orang, kontribusi program ini terhadap PDB bisa mencapai Rp18.985 triliun.
Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, telah mencanangkan delapan program prioritas, termasuk program pemberian makan siang dan susu gratis di sekolah serta bantuan gizi untuk ibu hamil dan anak balita.
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan kecukupan gizi, memperbaiki kecerdasan anak, serta mencegah stunting, yang merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Sri Mulyani juga menyoroti keberhasilan pemerintah dalam menurunkan prevalensi stunting dari 37,2 persen pada tahun 2013 menjadi 21,5 persen pada tahun 2023.
Dengan anggaran yang dialokasikan sekitar Rp71 triliun, setara dengan 0,29 persen dari PDB, program ini diharapkan tidak hanya akan memperbaiki gizi masyarakat, tetapi juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 0,10 persen melalui penyerapan 820.000 pekerja dari sektor UMKM yang terlibat. (ant)