Seni Mendengarkan dengan Empati (Catatan Perjalanan Program APS 2024)

Ares Faujian--

Dari jenis-jenis pendengar tersebut, berapa banyak jenis pendengar yang pernah temui? Manakah dari jenis-jenis kebiasaan mendengarkan tersebut yang paling mungkin Anda alami?

Pendengar Aktif

Untuk melatih empati, kita perlu menjadi pendengar aktif. Pendengar aktif bukan hanya mendengar kata-kata, tetapi juga memahami emosi, maksud, dan konteks di balik apa yang disampaikan. Ihwal ini membutuhkan kesadaran penuh dan keterlibatan dalam percakapan. Seperti yang dijelaskan oleh Julian Treasure, yakni mendengarkan aktif membutuhkan komitmen untuk benar-benar hadir dalam percakapan (Treasure, 2017).

Dalam materi AFS 2024, penting untuk menjadi pendengar aktif (active listener). Pendengar aktif yakni aktif mendengarkan untuk mengerti bukan hanya merespon (listening to understand, not to respond). Ini adalah jenis mendengarkan di mana kita terbuka mendengar apa yang dikatakan orang lain, termasuk bersikap terbuka untuk mengubah pikiran berdasarkan apa yang didengar.

Jenis mendengar ini juga menjauhi dari penghakiman (avoid judgement) terhadap orang lain. Selain itu, jenis ini juga memeriksa kembali (check back) apakah kita sudah memahami dengan baik dan menggunakan bahasa tubuh (using body languange) untuk menunjukkannya kepada yang lain.

BACA JUGA:Menjaga Wibawa Sarjana Sebagai Penentu Kemajuan Bangsa

Menjadi pendengar aktif juga berarti memperhatikan bahasa tubuh (body languange), yang juga memiliki variasi berdasarkan latar belakang budaya. Memahami bahasa tubuh dapat membantu kita mengerti lebih dalam tentang apa yang tidak dikatakan secara verbal, tetapi dirasakan oleh lawan bicara kita. Misalnya dapat berupa kontak mata (eye contact), anggukan (nodding), dsb.

Apa yang sebaiknya dilakukan ketika menjadi pendengar aktif? Pertama, kita tidak hanya mendengarkan kata-kata, tetapi juga emosi, intonasi, penekanan, dan bahasa tubuh pembicara. Kemudian, kita juga mencoba memahami apa sebenarnya yang tersirat dari pesan yang disampaikan oleh si pembicara ini. (AFS, 2024).

Selanjutnya, menjadi pendengar aktif membuat kita bisa mengulangi apa yang telah kita dengar untuk memeriksa apakah kita memahaminya dengan benar. Kita juga pada akhirnya bisa menerima apa yang dikatakan orang lain, tidak peduli setuju atau tidak. Bahkan, kita tegaskan (pada diri sendiri) bahwa kita memahami bukan berarti kita setuju. (AFS, 2024).

Penutup

Empati dan mendengarkan bukanlah keterampilan bawaan, melainkan sesuatu yang harus dipelajari dan dipraktikkan. Melalui program AFS 2024, penulis menyadari bahwa mendengarkan dengan empati adalah kunci dalam membangun hubungan yang lebih kuat, baik dalam konteks personal maupun profesional. Dengan mendengarkan secara mendalam, kita tidak hanya mendengar kata-kata, tetapi juga memahami emosi dan latar belakang di balik setiap percakapan. Dalam masyarakat yang semakin terhubung dan beragam, keterampilan ini menjadi semakin penting untuk menjembatani perbedaan, mengurangi konflik, serta menciptakan ruang dialog ekualitas.

BACA JUGA:Menggali Akar Perilaku Manusia (Catatan Perjalanan Program APS 2024)

Sebagai pendengar yang aktif dan empatik, kita dituntut untuk hadir secara penuh, menghindari penghakiman, dan sungguh-sungguh berusaha memahami sudut pandang orang lain. Dalam proses ini, kita tidak hanya mendapatkan pemahaman lebih baik tentang orang lain, tetapi juga tentang diri kita sendiri dan dunia di sekitar kita. Mendengarkan dengan empati tidak hanya membantu membangun hubungan yang lebih baik, tetapi juga berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang lebih saling menghargai demi mewujudkan harmonisasi sosial.

Oleh: Ares Faujian, (AFS Global Educator dan Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sosiologi Kabupaten Belitung Timur)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan