Seni Mendengarkan dengan Empati (Catatan Perjalanan Program APS 2024)
Ares Faujian--
Mendengarkan adalah kunci untuk memahami orang lain, dan pada tingkat yang lebih luas, yakni memahami masyarakat. Ketika kita mendengarkan dengan baik, kita memperoleh wawasan tentang bagaimana cara berpikir dan merasakan orang lain.
Brené Brown (2018), seorang peneliti dan penulis tentang kerentanan dan hubungan manusia menyatakan bahwa empati adalah keterhubungan dengan perasaan orang lain dan melibatkan kesadaran yang mendalam tentang apa yang mereka alami. Mendengarkan dengan empati membuka pintu untuk memahami kompleksitas masyarakat kita yang beragam.
Salah satu cara paling efektif untuk melatih empati adalah melalui wawancara, yang memberikan kesempatan bagi kita untuk mendengarkan orang lain, yakni dengan mendeskripsikan pengalaman mereka dengan kata-kata mereka sendiri. Ihwal ini digunakan dalam banyak pendekatan terapeutik serta teknik kepemimpinan.
Ketika kita mendengarkan dengan hati terbuka, kita mampu menggali lebih dalam tentang apa yang ingin kita pelajari, dan memahami perspektif yang mungkin belum pernah kita bayangkan sebelumnya. Contoh yang relevan di sini adalah proses wawancara dalam jurnalisme investigatif, di mana mendengarkan adalah kunci untuk memahami kebenaran di balik sebuah cerita.
BACA JUGA:Membina Generasi Masa Depan Melalui Transformasi Digital Pendidikan
Namun, mendengarkan tidak selalu mudah. Mendengar bukan hanya sekadar menerima apa yang dikatakan orang lain. Ada berbagai jenis mendengarkan, dan sebagian di antaranya bisa menghambat empati. Jenis-jenis pendengar ini menjadi salah satu bagian dari materi Empathy and Listening yang sudah penulis pelajari dari program AFS 2024.
Pernahkah Anda mencoba mengatakan sesuatu kepada seseorang dan mereka hanya menjawab apa yang mereka pikirkan tentang yang Anda ucapkan? Ihwal ini ialah salah satu bagian mendengarkan yang disebut mendengarkan untuk merespon (listening to respond).
Dalam mendengarkan untuk merespon/ menanggapi, terdapat jenis-jenis pendengar di dalamnya. Pertama, ada pendengar yang memberi saran (listener giving advice). Mereka ini cenderung menawarkan solusi dari persoalan atau perihal yang dihadapi oleh si pembicara.
Ada juga tipe pendengar yang bersaing untuk menjadi yang paling menderita (listener competing for being the one who suffers most). Alih-alih mendengarkan dengan empati, mereka lebih fokus pada bagaimana mengalihkan perhatian ke pengalaman mereka sendiri.
BACA JUGA:Tak Sekadar Cinta, Melestarikan Batik Juga dengan Membatik
Tipe pendengar lain yang cukup sering ditemui adalah mereka yang menutup percakapan di tengah jalan (listener who closes the conversation halfway). Mereka mungkin tidak tertarik atau merasa topik pembicaraan tidak relevan, sehingga memutus komunikasi tanpa memberikan ruang bagi pembicara untuk menyampaikan perasaannya sepenuhnya.
Ada juga tipe pendengar yang tampaknya menginterogasi (listener who seems to interrogate). Tipe pendengar ini membuat tanggapan dengan pertanyaan-pertanyaan dari perihal yang disampaikan oleh si pembicara. Terkadang, pembicara bisa merasa tidak nyaman karena mereka (si pendengar) terlalu banyak bertanya tanpa memberikan ruang untuk refleksi atau ekspresi emosi.
Selanjutnya, ada jenis pendengar yang mencoba meyakinkan orang lain tentang sudut pandangnya sendiri (listener who tries to convince the other of their own point of view). Tipe pendengar ini acap kali melewatkan esensi dari percakapan. Mereka lebih tertarik memenangkan argumen daripada memahami perspektif lawan bicaranya.
Ada juga pendengar yang berusaha keras menunjukkan solidaritas dengan pembicara (listener who tries very hard to show solidarity with the speaker). Jenis pendengar ini memiliki rasa kebersamaan yang tinggi dan mampu menghargai orang lain dengan lebih baik.
BACA JUGA:Hari Kesaktian Pancasila Momen Refleksi Ketahanan Bangsa