Menjaga Kelas Menengah untuk Ekonomi yang Stabil
Konsumsi Protein Kelas Menengah Penjual daging sapi menimbang dagangannya di Pasar Gede, Solo, Jawa Tengah, Rabu (25/6). Peningkatan pendapatan masyarakat kelas menengah mendorong peningkatan konsumsi pangan berprotein menggantikan konsumsi karbhohidrat s--
Kelas menengah memegang peranan penting dalam penguatan perekonomian suatu negara, termasuk di Indonesia. Mereka adalah kelompok masyarakat yang dianggap mampu dan memiliki pengeluaran konsumsi yang tinggi.
Karakteristik utama kelas menengah di Indonesia mencakup pola konsumsi beragam dengan pengeluaran terbesar dialokasikan untuk makanan, diikuti oleh perumahan, kendaraan, kesehatan, pendidikan, hingga hiburan.
Berdasarkan karakteristik pekerjaan, sebagian besar pekerja dari kelas menengah memiliki pekerjaan formal, dan lainnya menjalankan bisnis produktif atau menjadi wirausahawan.
Karena itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menekankan bahwa menjaga ketahanan kelas menengah menjadi tantangan yang tidak bisa diabaikan.
BACA JUGA:Melihat Transisi Energi di China Bagian Timur
Menurut kriteria dari Bank Dunia pada Tahun 2024, kategori penduduk yang termasuk kelas menengah di Indonesia memiliki pengeluaran berkisar antara Rp2.040.262 hingga Rp9.909.844 per kapita per bulan.
Rentang pengeluaran ini mencerminkan gaya hidup yang relatif stabil, dimana kelompok ini mampu memenuhi kebutuhan dasar hingga memiliki sisa pendapatan atau gaji untuk ditabung.
Kelompok ini juga umumnya sedang mencicil pembelian rumah atau kredit pemilikan rumah (KPR), kendaraan pribadi, serta peralatan elektronik.
Kepemilikan aset-aset ini tidak hanya menjadi penanda stabilitas finansial, tetapi juga mencerminkan kontribusi mereka dalam menggerakkan perekonomian, baik melalui pengeluaran konsumtif maupun pembayaran pajak.
BACA JUGA:RI Menuju Nol Persen Kemiskinan Ekstrem
Hanya saja, jika melihat nilai median atau nilai tengah dari urutan data pengeluaran yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS), nilai median kelas menengah berada di angka Rp2.846.440 per kapita per bulan. Artinya, median pengeluaran penduduk kelas menengah cenderung lebih dekat ke batas bawah pengelompokan.
Menurut data BPS, nilai median itu mengindikasikan kelompok kelas menengah sulit untuk melompat menuju kelas atas, dan rentan untuk jatuh ke kelompok menuju kelas menengah atau aspiring middle class.
Meski kelompok ini sering kali dianggap sebagai motor penggerak perekonomian nasional, namun di balik peran pentingnya itu kelompok ini juga menghadapi sejumlah tantangan yang menjadikan mereka rentan turun kelas.
Terkait subsidi membuat kelas menengah harus menanggung sendiri beban biaya hidup yang semakin meningkat. Misalnya, kenaikan harga pangan dan kebutuhan pokok lainnya, yang otomatis dapat menggerus daya beli kelompok kelas menengah itu.