Menjernihkan Pemahaman Tentang Kontrasepsi di PP 28/2024

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo (tengah) dalam acara pertemuan dengan para pengelola ketersediaan alat kontrasepsi di DI Yogyakarta, Minggu (11/8/2024). (ANTARA/HO-BKKBN)--

BACA JUGA:Pertumbuhan Ekonomi RI Ditengah Lesunya Sektor Manufaktur

Disebutkan juga bahwa tujuan dari penyediaan alat kontrasepsi itu adalah membantu pasangan usia subur dalam mengambil keputusan tentang usia ideal untuk hamil, jumlah ideal anak, dan jarak ideal kelahiran anak, serta kondisi kesehatannya.

Di pasal 103 , ayat 1 disebutkan bahwa upaya kesehatan sistem reproduksi usia sekolah dan remaja itu, paling sedikit berupa pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi, serta pelayanan kesehatan reproduksi.

Di ayat 2 lebih jelas lagi penekanan pada masalah penjagaan moralitas, yakni pemberian komunikasi informasi dan edukasi itu, di poin e disebutkan mengenai (usia sekolah dan remaja) melindungi diri dan mampu menolak hubungan seksual.

Penyebaran informasi berdasarkan pemahaman yang lengkap mengenai satu isu, termasuk peraturan pemerintah yang sedang hangat dibicarakan, sangat penting untuk meredakan keresahan banyak pihak mengenai nasib generasi muda di masa depan. Jika tidak dibiasakan untuk mengedepankan budaya literasi, maka kita akan kehilangan banyak waktu dan energi untuk memperdebatkan sesuatu yang tidak semestinya didebatkan.

BACA JUGA:Kesinambungan Kunci Estafet Kepemimpinan

Kita, saat ini sedang bersama-bersama menyiapkan kaum yang siap menjadi generasi emas di 2045. Para orang tua yang bertugas menyiapkan generasi mendatang itu semestinya sudah selesai dengan masalah jiwanya sendiri, yakni kaum tua yang damai dan bahagia. Keadaan jiwa para sepuh ini tentu menjadi fondasi dan modal bagi generasi muda untuk menyongsong masa dengan keadaan damai dan penuh rasa cinta, kasih, dan sayang.

Mewariskan budaya saling beradu opini yang tidak dilandasi cinta dan kasih sayang adalah sama dengan menumpuk berkarung-karung beban di pundak generasi mendatang. Jika demikian, maka realitas yang tercipta adalah generasi yang mudah berkonflik, suka berprasangka tidak baik satu dengan lainnya. Semua karakter itu jauh dari harapan ideal kita tentang generasi masa depan.

Generasi emas itu justru membutuhkan "bekal" jiwa damai dan bahagia dari orang tua dan lingkungan sosialnya untuk menghadapi kehidupan serba canggih dan penuh dengan kompleksitas persoalan. Kita membutuhkan generasi yang saling menyayangi, dan itu harus dimulai dari tua sekarang. (ant)

 Oleh Masuki M. Astro

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan