Pasca Pandemi, 26 Juta Orang di Indonesia Hidup di Bawah Garis Kemiskinan, 491 Ribu Anak Putus Sekolah

Andy F. Noya (kanan) selaku pengagas Yayasan Benih Baik Indonesia (YBBI) di Jakarta pada Selasa (13/8). (istimewa)--

BELITONGEKSPRES.COM - Meskipun pandemi Covid-19 telah berlalu, dampaknya masih sangat terasa, terutama dalam sektor pendidikan. Pasca-pandemi, sekitar 26 juta orang di Indonesia kini hidup di bawah garis kemiskinan. Selain itu, data Bappenas 2022 menunjukkan bahwa lebih dari 491 ribu anak putus sekolah.

Andy F. Noya, pendiri Yayasan Benih Baik Indonesia (YBBI), mengungkapkan hal ini dalam sebuah acara di Jakarta pada Selasa, 13 Agustus. Dia menggarisbawahi bahwa meskipun pandemi telah berakhir, tantangan besar masih ada di depan kita. 

"Kita harus memberikan uluran tangan kepada mereka," kata Andy, setelah menerima hasil penggalangan dana sebesar Rp 750 juta, hasil kolaborasi dengan Mastercard dan Central Department Store. 

Dana tersebut akan digunakan untuk mendukung program sekolah kesetaraan gratis, termasuk Paket A, Paket B, dan Paket C, yang akan ditujukan untuk anak-anak di Pulau Bali.

BACA JUGA:Menteri PPN Bakal Dorong Program Food Estate untuk Kedaulatan Pangan

BACA JUGA:Sinergi BUMN Indonesia, PME dan JPPI Perkuat Bisnis Docking & Suku Cadang Kapal

Menurut Andy, kemiskinan yang dialami oleh keluarga dapat berdampak serius pada pendidikan anak. Banyak anak yang putus sekolah karena masalah ekonomi. 

Di Jakarta, misalnya, anak-anak jalanan sering kali dibiarkan mencari nafkah di jalan, melakukan aktivitas seperti menjual tisu, mengamen, atau menjadi preman, dan menghasilkan sekitar Rp 100 ribu per hari. 

Bagi keluarga yang terjebak dalam kemiskinan ekstrem, uang yang dihasilkan anak-anak tersebut dianggap lebih penting dibandingkan pendidikan formal.

Andy menekankan pentingnya mengatasi kemiskinan keluarga terlebih dahulu agar orang tua tidak merasa terpaksa memanfaatkan anak-anak mereka untuk bekerja di jalanan. Ketika situasi ekonomi keluarga membaik, mereka akan lebih cenderung mendukung pendidikan anak-anak mereka.

BACA JUGA:PPN di 2025 Naik Jadi 12 Persen, Apindo Sarankan Insentif Fiskal untuk Jaga Daya Beli Masyarakat

BACA JUGA:Pemerintah Tingkatkan Produktivitas Pertanian dengan Subsidi dan Benih Gratis

Andy juga mencatat perbedaan kondisi antara Jakarta dan Bali. Di Bali, meskipun beberapa anak usia sekolah mungkin sudah terlibat dalam pekerjaan, ini bukanlah tanda kemiskinan ekstrem. 

Namun, masih penting untuk memberikan edukasi kepada orang tua tentang hak anak untuk mendapatkan pendidikan, agar mereka memahami pentingnya layanan pendidikan untuk anak-anak mereka. (jpc)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan