Puting Beliung
Dahlan Iskan--
Kejadian sehebat itu sebelumnya, Anda sudah tahu: di atas Lautan Pasifik. Di atas Hawaii. Menimpa pesawat Amerika Serikat United Airlines --jurusan Los Angeles - Sydney, transit dua kali di Honolulu dan Auckland, Selandia Baru.
Yang SQ 321 pesawat besar bermesin dua Boeing 777-300ER. SQ punya 46 pesawat jenis ini dari berbagai seri. Emirates punya 165 --terbanyak di dunia. Ini jenis pesawat laris. Sudah terjual 1,400 lebih. Garuda hebat, punya 10 buah.
Yang dialami United di Hawaii itu juga pesawat laris pada zamannya: Boeing 747. Bermesin empat. Yang seri 200. Masih belum ada 747 seri 400.
Penumpangnya 337 orang. Awaknya 18 orang.
Lewat tengah malam pesawat mengudara dari bandara Honolulu. Belum mencapai ketinggian seharusnya: 36.000 kaki. Baru lebih separonya: 22.000 kaki.
Tiba-tiba terdengar suara seperti bom. Tidak tahu itu apa. Belum banyak dipasangi kamera seperti pesawat sekarang.
Tidak diketahui apa yang terjadi jangan-jangan bom. Seminggu sebelumnya bom memang meledak di pesawat Amerika, almarhum PanAm, yang terkenal dengan 'peristiwa Lockerbie'.
Yang terlihat hanyalah penanda di kockpitnya: bahwa mesin nomor 3 bermasalah. Takut terbakar pilot mematikan mesin nomor 3.
Lalu mesin nomor 4 juga terindikasi bermasalah. Takut terbakar. Dimatikan juga. Maka pesawat hanya terbang dengan dua mesin di sayap kiri. Terbangnya agak miring.
BACA JUGA:Antre Akhir
Maka pilot memutuskan menurunkan ketinggian dan balik ke bandara Honolulu.
Awak yang bertanggung jawab atas mesin minta izin ke pilot: untuk meninggalkan cockpit turun ke lantai bawah. Langkah yang berbahaya. Pesawat 747, Anda sudah tahu, penumpangnya berada di dua lantai.
Turun ke bawah itu keputusan yang sangat beresiko --bisa terlempar keluar. Tapi tanggung jawabnya sebagai engineering sangat besar. Pilot mengizinkan.
Saat itulah ia lihat dinding pesawat jebol. Selebar pintu. Pintu pesawat itu terlepas: pintu cargo. Letaknya di bawah deretan kursi penumpang nomor 8-9-10-11 dan 12. Berarti agak di depan.
Dua kursi paling pinggir di nomor-nomor itu hilang bersama penumpangnya. Yakni yang duduk di kursi G dan H. Salah satu kursi tersebut tidak berpenumpang sehingga yang terlempar keluar bukan 10 tapi 9 orang.