Baca Koran belitongekspres Online - Belitong Ekspres

Ketika Listrik Gantikan Letih Para Penarik Becak Lansia

Sugeng Riyanto (kiri) berbincang dengan Abdul Mungid sembari membaca buku petunjuk penggunaan becak listrik bantuan Presiden Prabowo Subianto yang baru mereka terima di halaman Pendopo Si Panji, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (2/12/20-Sumarwoto-ANTARA

BELITONGEKSPRES.COM - Raut letih Abdul Mungid perlahan berubah menjadi senyum lega, ketika kedua tangannya menggenggam kemudi becak listrik baru yang ia terima. Kendaraan itu memberi napas segar bagi lelaki sepuh yang telah puluhan tahun menggantungkan hidup pada kayuhan.

Di halaman Pendopo Si Panji, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Mungid bersama ratusan pengemudi becak duduk berjejer dengan wajah bahagia yang sulit disembunyikan. 

Ada yang memandangi becak listrik itu sambil tersenyum, ada yang sesekali menyeka mata, dan ada pula yang tak henti-hentinya meraba bodi kendaraan baru yang akan menjadi penopang hidup mereka.

Bantuan sebanyak 280 unit becak listrik dari Presiden Prabowo Subianto, melalui Yayasan Gerakan Solidaritas Nasional (GSN), itu bagai hadiah besar bagi para penarik becak di Banyumas, yang selama ini harus bertahan dengan tenaga yang kian terbatas dan pendapatan harian yang tak menentu.

Program becak listrik ini merupakan bagian dari upaya pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat kecil.

BACA JUGA:Harapan di Tengah Program MBG di Perbatasan NKRI

Di antara mereka yang menerima manfaat langsung adalah para penarik becak sepuh, yang bahkan di usia 70-an masih bekerja setiap hari demi sesuap nasi.

“Tenaga sudah habis, tapi kewajiban hidup tetap jalan,” ucap Abdul Mungid.

Lansia asal Desa Kebumen, Kecamatan Baturaden, Banyumas, itu dalam kesehariannya mengemudi becak kayuh di wilayah Kecamatan Purwokerto Timur. Ia mangkal di dekat Puskesmas Purwokerto Timur II, mengangkut penumpang yang kadang datang, kadang tidak.

Ia pun menceritakan pendapatan dari becaknya sangat bergantung pada kemampuan fisiknya.

“Kalau dulu, kalau sedang dapat uang ya Rp200 ribu, Rp150 ribu. Tapi setelah banyak kendaraan, ini ya minimal Rp50 ribu, Rp100 ribu ke bawah itu sering, kadang-kadang kosong,” katanya.

Kadang ia sanggup mengayuh, kadang tidak. Kalau sedang kecapekan, ia pun menolak calon penumpang.

BACA JUGA:Penopang Daya Juang Perempuan Migran Asal Pantura di Negeri Sakura

Hari itu, wajahnya tampak berbeda: berbinar, sekaligus terasa seperti menemukan kembali harapan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan