Indonesia Pilih Jalur Diplomasi Hadapi Kebijakan Tarif Impor AS

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menggelar Rapat Koordinasi Terbatas Lanjutan terkait Kebijakan Tarif Resiprokal Amerika Serikat yang digelar secara virtual di Jakarta, Minggu (6/4/2025)-Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian-ANTARA/HO

BELITONGEKSPRES.COM - Alih-alih membalas dengan kebijakan serupa, Pemerintah Indonesia memilih pendekatan yang lebih tenang dan strategis dalam merespons tarif resiprokal dari Amerika Serikat. Lewat jalur diplomasi dan negosiasi, Indonesia berusaha menjaga hubungan dagang tetap stabil sambil melindungi kepentingan nasional.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan bahwa pemerintah tidak terburu-buru membalas dengan tarif setara. Menurutnya, strategi diplomatik justru bisa membuka jalan solusi win-win antara dua negara sahabat.

“Waktu kita singkat 9 April harus merespons. Tapi kita tetap fokus pada kerja sama dan investasi jangka panjang,” ujarnya dalam rapat koordinasi virtual, Minggu 6 April.

Pemerintah juga memperhitungkan dampak kebijakan ini terhadap industri padat karya, seperti garmen dan alas kaki, yang selama ini jadi andalan ekspor dan menyerap banyak tenaga kerja. Dalam kondisi global yang tidak pasti, dukungan terhadap industri dalam negeri tetap jadi prioritas.

BACA JUGA:DPR Minta Pemerintah Jaga UMKM di Tengah Kebijakan Tarif Impor AS

BACA JUGA:Injourney Buka 17 Rute Penerbangan Baru Dimasa Mudik Lebaran

Menariknya, beberapa produk dikecualikan dari tarif AS, seperti barang medis, farmasi, semikonduktor, hingga logam mulia. Pemerintah pun melihat celah di sana untuk tetap menjaga performa ekspor sambil memitigasi dampak kebijakan.

Selain menyiapkan surat resmi ke AS, pemerintah akan mengundang asosiasi pelaku usaha pada 7 April untuk mendengar langsung keluhan dan masukan mereka. Tujuannya, menyusun langkah bersama yang konkret dan inklusif.

“Industri akan diajak bicara langsung, terutama mereka yang bergantung pada ekspor dan sektor padat karya,” kata Airlangga.

Di sisi lain, pemerintah juga mulai melirik peluang baru. Eropa dipandang sebagai pasar potensial berikutnya yang bisa digarap lebih serius sebagai alternatif, menyusul China dan AS sebagai pasar utama.

Langkah ini tidak diambil sendirian. Dalam rapat tersebut hadir pula nama-nama penting seperti Sri Mulyani, Perry Warjiyo, Rosan Roeslani, hingga Ketua OJK Mahendra Siregar. Mereka akan duduk bareng dalam kelompok kerja untuk menyusun strategi nasional yang solid.

Intinya, alih-alih menyalakan api perang dagang, Indonesia memilih untuk memadamkan ketegangan dengan logika, diplomasi, dan kolaborasi. (antara)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan