Di Balik Lahan Kering: Perjuangan Petani Ciayumajakuning Menjadi Lumbung Padi Nasional

Petani saat menanam benih padi gogo untuk pelaksanaan program agroforestri di Indramayu, Jawa Barat, Selasa 4 Februari 2025.--(ANTARA/Fathnur Rohman)

Elmi Masuroh, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Kota Cirebon, menjelaskan bahwa saat ini di Kota Cirebon hanya ada 15 kelompok tani (poktan), masing-masing dengan sekitar 15 anggota petani.

BACA JUGA:Perpadi Diminta Bapanas Bantu Penyerapan Gabah Petani untuk Jaga Stabilitas Harga

Meskipun Kota Cirebon bukan daerah agraris, kata Elmi, pihaknya terus berupaya memberdayakan petani agar mereka bisa bertahan secara ekonomi dengan mengelola lahan yang ada.

Di Kabupaten Kuningan, produksi padi pada 2024 tercatat lebih dari 353.146 ton dengan produktivitas mencapai 62,03 kuintal per hektare. Pemkab Kuningan menerapkan strategi panen raya serentak dan percepatan tanam untuk menjaga produktivitas lahan agar tetap optimal sepanjang tahun.

Namun, berbeda dengan Kuningan, Kabupaten Majalengka menghadapi penurunan luas panen. Pada 2024, luas panen padi hanya mencapai 87.013 hektare, turun 13,09 persen dibandingkan dengan 2023. Produktivitas padi juga menurun, dari 58,77 kuintal per hektare pada 2023 menjadi 55,50 kuintal per hektare pada 2024.

Indra (53), petani asal Kuningan, Jawa Barat, merasakan manfaat besar dari program pupuk bersubsidi. Dengan harga pupuk nonsubsidi yang bisa dua hingga tiga kali lipat lebih mahal, subsidi menjadi penyelamat bagi petani kecil seperti dirinya.

“Tanpa subsidi, mungkin saya sudah tidak sanggup lagi bertani,” ujar Indra kepada ANTARA.

Dia mengungkapkan bahwa program subsidi membantu menekan biaya produksi untuk mengelola sawah dan menjaga kelangsungan usaha pertanian yang sudah dijalaninya selama hampir 16 tahun.

Peran kelompok tani (poktan) juga sangat penting. Melalui poktan, para petani saling mendukung dalam proses pendaftaran dan pengadaan stok pupuk bersubsidi.

BACA JUGA:Zulkifli Hasan Komitmen Tingkatkan Akses Perbankan bagi Penggilingan Padi Kecil

Inovasi juga telah dilakukan untuk mempermudah distribusi pupuk subsidi. Kini, petani cukup membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk menebus pupuk bersubsidi di kios resmi. 

Petugas akan memindai Nomor Induk Kependudukan (NIK) pada KTP untuk mengakses data petani di sistem e-Alokasi. Transaksi dilakukan melalui aplikasi i-Pubers, yang dilengkapi teknologi geo-tagging dan timestamp untuk memastikan distribusi tepat sasaran.

Pemerintah daerah menyambut positif terobosan ini. Wahyu Hidayah, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Diskatan) Kabupaten Kuningan, menyebut inovasi ini sebagai langkah transformasi penting di sektor pertanian.

Pihaknya juga sangat mengapresiasi pelaksanaan program diskon pupuk nonsubsidi dari PT Pupuk Indonesia pada 2024, yang memberikan solusi tambahan bagi petani.

Di daerahnya, petani menerima 5.000 kupon diskon sebesar 40 persen untuk membeli pupuk nonsubsidi jenis Urea Nitrea dan NPK Phonska Plus dengan kemasan 25 kilogram.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan