Kepala BGN Jelaskan Potensi Serangga untuk Menu Makan Bergizi Gratis di Daerah
Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana (kedua kanan) bersama Sekertaris Utama Badan Gizi Nasional Sarwono (kiri) mengikuti rapat kerja dengan Komite III DPD RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (21/1/2025)-Jawa Pos-Salman Toyibi
BELITONGEKSPRES.COM - Dalam upaya mendukung keragaman pangan dan pemenuhan gizi masyarakat, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, membuka peluang pemanfaatan bahan pangan lokal, termasuk serangga, sebagai bagian dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). Inisiatif ini bertujuan menyesuaikan program dengan potensi sumber daya lokal di berbagai daerah.
“Misalnya di daerah tertentu, serangga seperti belalang atau ulat sagu sudah menjadi makanan sehari-hari. Jadi, tidak menutup kemungkinan itu diintegrasikan sebagai sumber protein,” ujar Dadan dalam acara di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Sabtu, 25 Januari.
Namun, Dadan menegaskan bahwa pemanfaatan serangga atau bahan lokal lainnya hanya akan diterapkan di daerah yang sesuai. Program MBG tidak menerapkan menu baku secara nasional, tetapi mengedepankan standar komposisi gizi yang fleksibel dan berbasis pada ketersediaan serta preferensi lokal.
“Sebagai contoh, di daerah dengan potensi telur yang melimpah, tentu telur akan menjadi sumber protein utama. Di wilayah pesisir yang kaya ikan, maka ikanlah yang lebih dominan,” jelasnya.
BACA JUGA:Prabowo Apresiasi Sambutan India dalam Perayaan Hari Republik ke-76, Janji Balas Penghormatan
BACA JUGA:BGN Siapkan Mekanisme Baru untuk Program Makan Bergizi Gratis, Mulai Februari Tanpa Reimburse
Sebagai bagian dari program ini, Dadan juga menyoroti pentingnya keberagaman pangan. Ia mencontohkan masyarakat Halmahera Barat yang mengandalkan singkong dan pisang rebus sebagai sumber karbohidrat utama. Hal ini, katanya, mencerminkan prinsip program MBG yang menghargai kekayaan pangan lokal tanpa mengabaikan kebutuhan gizi masyarakat.
“Intinya, Badan Gizi Nasional tidak menetapkan menu nasional yang seragam, melainkan mengacu pada standar gizi yang dapat diisi oleh potensi lokal masing-masing daerah,” pungkas Dadan.
Dengan pendekatan ini, program MBG diharapkan mampu memberikan solusi yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat di seluruh pelosok Indonesia. (jawapos)