Merancang Sistem Agribisnis untuk Efektivitas Food Estate di Indonesia

Presiden Prabowo Subianto (kanan) didampingi Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (kiri) berbincang saat meninjau lahan pertanian di Desa Telaga Sari, Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Papua Selatan, Minggu (3/11/2024)-Galih Pradipta/rwa-ANTARA FOTO

Meskipun penerapan teknologi dan sistem agribisnis dalam Food Estate dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi, terdapat beberapa tantangan, seperti keterbatasan akses terhadap teknologi, kurangnya keterampilan dan pengetahuan, serta infrastruktur yang belum memadai.

BACA JUGA:Mengenal Alat Musik Migran di Pulau Belitong

Banyak petani di daerah terpencil yang kesulitan mengakses teknologi pertanian modern. Mereka juga belum terbiasa dengan teknologi baru dan membutuhkan pelatihan lebih lanjut. Beberapa kawasan Food Estate menghadapi masalah terkait infrastruktur yang dapat menghambat distribusi produk.

Solusi untuk tantangan ini, termasuk peningkatan program pelatihan dan pendampingan kepada petani, penyediaan infrastruktur yang lebih baik, serta kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan lembaga pendidikan untuk mempercepat adopsi teknologi.

Implementasi di Indonesia

Program Food Estate di Indonesia merupakan bagian dari kebijakan jangka panjang yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor pangan. Pemerintah Indonesia mengalokasikan anggaran besar untuk mendanai pembangunan infrastruktur, serta subsidi untuk teknologi pertanian. Namun, keberhasilan kebijakan ini sangat bergantung pada koordinasi antara berbagai sektor dan pihak terkait.

Pada tahun 2023, Kementerian Pertanian Indonesia meluncurkan proyek Food Estate di beberapa provinsi dengan harapan meningkatkan hasil produksi pangan dan menjamin ketahanan pangan domestik. Program ini juga diharapkan bisa mengurangi ketergantungan pada impor pangan.

Riset yang dilakukan oleh Badan Litbang Pertanian menunjukkan bahwa pada tahun 2024, hasil dari Food Estate di Kalimantan Tengah menunjukkan peningkatan produksi padi sekitar 15 persen, masih jauh dari target yang ditetapkan pemerintah.

BACA JUGA:Menunggu Pembuktian Patrick Kluivert di Bulan Maret

Hal tersebut, antara lain karena adanya tantangan, seperti keterbatasan sumber daya manusia yang terampil dalam menggunakan teknologi baru dan minimnya infrastruktur pendukung masih menjadi masalah yang harus diselesaikan

Implementasi Food Estate melalui teknologi dan sistem agribisnis berperan krusial dalam menciptakan ketahanan pangan yang berkelanjutan.

Langkah-langkah kolaboratif antara pemerintah, sektor swasta, dan petani, serta penyediaan pelatihan yang memadai, akan menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan dan mewujudkan program Food Estate yang sukses. (antara)

Oleh: Lucky Akbar, Kepala Kantor Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan Jambi

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan