PT Freeport Indonesia Rencanakan Mulai Produksi Emas Batangan pada Bulan Ini

BEROPERASI: Area fasilitas pengolahan hasil tambang di KEK JIIPE Manyar, Gresik, Jawa Timur. -PTFI untuk Jawa Pos-

BELITONGEKSPRES.COM - Smelter baru PT Freeport Indonesia (PTFI) yang terletak di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE Manyar, Gresik, bukan hanya menjadi tonggak penting dalam pengolahan mineral nasional, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global. 

Fasilitas ini mulai beroperasi pada Juni lalu dan secara bertahap ditargetkan mencapai kapasitas penuh pada akhir tahun 2024.

Salah satu pencapaian utama smelter ini adalah kemampuan memurnikan konsentrat menjadi berbagai produk bernilai tinggi, termasuk tembaga dan emas. VP Corporate Communications PTFI, Katri Krisnati, mengungkapkan bahwa produksi perdana emas batangan dari fasilitas precious metal refinery (PMR) direncanakan dimulai pada Desember 2024. 

"Pengoperasian dilakukan secara bertahap untuk memastikan efisiensi dan kestabilan mesin selama proses awal," katanya pada 12 Desember.

BACA JUGA:Kebijakan Kemasan Rokok Polos Dikhawatirkan Meningkatkan Konsumsi Rokok Ilegal

BACA JUGA:Pemerintah Masuki Tahap Akhir Formula Subsidi BBM, Fokus Pastikan Tepat Sasaran

PMR PTFI memiliki kapasitas maksimal menghasilkan 50 ton emas per tahun. Dalam langkah strategis lainnya, PT Antam telah berkomitmen menyerap hingga 30 ton emas melalui perjanjian memorandum of understanding (MoU) dengan PTFI.

Lebih dari Sekadar Emas

Meski emas menjadi salah satu produk unggulan, konsentrat tambang PTFI mengandung berbagai mineral berharga lainnya. Tembaga, misalnya, mencakup sekitar 27 persen dari setiap ton konsentrat. Dengan tingginya permintaan global, tembaga menjadi elemen kunci dalam berbagai industri, termasuk elektronik, konstruksi, dan terutama kendaraan listrik (electric vehicle).

Smelter Manyar memiliki kapasitas pengolahan konsentrat tembaga hingga 1,7 juta ton per tahun. Bila digabungkan dengan kapasitas PT Smelting di Gresik sebesar 1,3 juta ton, Indonesia kini memiliki kemampuan memproses total 3 juta ton konsentrat tembaga setiap tahunnya. 

Dengan investasi lebih dari Rp 45,06 triliun (USD 3 miliar), smelter ini menjadi salah satu yang terbesar di Asia Tenggara.

BACA JUGA:Percepat Distribusi Pupuk Bersubsidi, Pemerintah Mulai Sederhanakan Birokrasi

BACA JUGA:Pengamat Ekonomi Optimis Pertamina Mampu Capai Swasembada Energi

Pemurnian konsentrat di Smelter Manyar menghasilkan produk utama seperti 600.000 ton katoda tembaga dan produk sampingan berupa lumpur anoda yang mengandung emas, perak, platinum, dan paladium. 

Selain itu, bahan industri lain seperti asam sulfat, gipsum, selenium, dan terak tembaga turut diproduksi, memperluas nilai tambah dari aktivitas tambang domestik.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan