Pemerintah berharap dengan adanya dukungan dari dana desa, pembangunan desa wisata dapat lebih cepat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
BACA JUGA:Menjadi Orang Tua Strawberry, Kamu Mau?
Di sisi lain, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga telah menyerahkan bantuan Dukungan Pengembangan Usaha Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (DPUP) bagi 24 desa wisata yang berasal dari 12 provinsi di Indonesia sebagai bentuk keberpihakan pemerintah dalam menjadikan desa wisata semakin berkualitas.
Setiap desa wisata menerima bantuan rata-rata senilai Rp120 juta yang dilengkapi dengan program penguatan pengelolaan bisnis melalui literasi keuangan dan bisnis.
Direktur Akses Pembiayaan Kemenparekraf/Baparekraf, Anggara Hayun Anujuprana mengatakan DPUP ini akan menjadi dorongan bagi pengelola desa wisata untuk lebih mengembangkan potensi daya tarik wisata yang ada dan meningkatkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berbasis parekraf yang melibatkan masyarakat.
Contoh sukses desa wisata
Beberapa desa wisata di Indonesia telah berhasil meraih kesuksesan dan menjadi model bagi desa-desa lain yang sedang berkembang. Salah satunya adalah Desa Nglanggeran di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
BACA JUGA:Mendorong Kedaulatan Ekonomi Indonesia
Desa ini dikenal dengan Gunung Api Purba Nglanggeran dan menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Yogyakarta. Melalui pengelolaan yang baik, masyarakat Desa Nglanggeran berhasil membangun homestay, restoran, dan pusat oleh-oleh, yang menjadi sumber pendapatan baru bagi penduduk lokal.
Desa Nglanggeran juga dikategorikan sebagai desa devisa. Pasalnya, daerah tersebut memiliki komoditas unggulan untuk diekspor, yaitu kakao yang merupakan bahan dasar cokelat. Karenanya, Desa Nglanggeran juga kerap disebut sebagai Desa Kakao.
Keberhasilan Desa Nglanggeran dalam mengembangkan pariwisata berbasis komunitas juga telah mendapat pengakuan internasional, dengan beberapa penghargaan di bidang pariwisata salah satunya dari United Nations World Trade Organization (UNWTO) sebagai desa terbaik sedunia.
Pembentukan desa wisata ini melalui proses yang cukup panjang yaitu saat tahun 1999 masih terlilit kemiskinan menjadi sebuah desa mandiri di tahun 2014.
Cikal bakal berdirinya desa wisata ini bermula dari kegiatan Karang Taruna Bukit Putra Mandiri pada tahun 1999 yang melakukan upaya konservasi dan kemudian dikenal luas sehingga mulai merintis kegiatan pariwisata konservasi.
BACA JUGA:Menguatkan UMKM di Tengah Ancaman Krisis Ekonomi Global
Pengelolaan dengan modal swadaya itu mendapat izin dari kepala desa yang kemudian pada tahun 2007 diubah menjadi badan pengelolaan desa wisata. Pengelolaan kemudian dilakukan oleh Pokdarwis sehingga mulai mendapat dana stimulan PNPM Mandiri pariwisata selama 3 tahun berturut-turut dari 2011 sampai 2013.
Desa ini mampu menjadi Desa Mandiri pada tahun 2014 dengan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perubahan sosial masyarakat dari agraris ke arah jasa pariwisata.
Contoh lain adalah Desa Penglipuran di Bali, yang terkenal dengan kebersihannya dan tata ruang desa yang asri. Desa yang mendapatkan penghargaan dari UNESCO itu berhasil meraup pendapatan hingga Rp25,8 miliar dari tiket kunjungan pada 2023.