Daya Beli Masyarakat Turun, Ekonom Sebut Ancaman bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Selasa 15 Oct 2024 - 22:16 WIB
Reporter : Erry Frayudi
Editor : Erry Frayudi

BELITONGEKSPRES.COM - Penurunan daya beli yang melanda Indonesia selama beberapa bulan terakhir telah menjadi isu yang mengkhawatirkan bagi pertumbuhan ekonomi negara ini. 

Banyak ekonom, termasuk dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), memperingatkan bahwa tren ini mungkin akan berlanjut hingga pemerintahan Presiden Terpilih Prabowo Subianto dimulai.

Ekonom Tauhid Ahmad menjelaskan bahwa saat ini banyak masyarakat, terutama dari kelas menengah, lebih memilih untuk memprioritaskan kebutuhan dasar daripada kebutuhan sekunder atau tersier. “Kelompok kelas menengah kini lebih fokus pada pembelian makanan pokok,” katanya dalam sebuah wawancara.

Situasi ini diperparah oleh ketegangan yang sedang berlangsung di Timur Tengah, yang juga berdampak pada daya beli masyarakat. Tauhid menekankan, “Ketika konflik terjadi, harga minyak internasional biasanya akan meningkat, yang berdampak langsung pada harga bahan bakar, baik yang subsidi maupun non-subsidi.”

BACA JUGA:Peran Vital Payment Gateway dalam Transformasi Keuangan Digital Indonesia

BACA JUGA:Pencapaian 10 Tahun Jokowi: Realisasi Investasi Mencapai Rp 9.117,4 Triliun, Serap 13,8 Juta Lapangan

Lebih jauh, Tauhid menjelaskan bahwa penurunan daya beli ini juga berkontribusi pada deflasi yang sudah berlangsung sejak Mei 2024. 

“Deflasi dan penurunan daya beli ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi nasional,” lanjutnya. Dia memperingatkan bahwa jika kondisi ini terus berlanjut, ekonomi Indonesia mungkin akan terjebak di angka pertumbuhan lima persen, yang dapat mengakibatkan peningkatan kemiskinan dan pengangguran. (dis)

Kategori :