JAKARTA, BELITONGEKSPRES.COM - Pemerintah Indonesia bakal mengenakan tarif cukai pada minuman berpemanis pada tahun 2025.
Langkah ini diambil guna menekan konsumsi gula yang menjadi penyebab tingginya pengidap diabetes melitus dan penyakit lain yang diakibatkan kelebihan gula.
Rencana tersebut sudah tertuang dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025. Cukai menyasar minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK).
Usul pemerintah dalam RAPBN 2025 menetapkan target penerimaan cukai sebesar Rp. 244,2 triliun atau meningkat 5,9 persen. Peningkatan ini bersumber dari kenaikan cukai MBDK.
BACA JUGA:Penangkapan 2 Teroris di Bekasi Bagian dari Upaya Pengamanan Menyambut Kedatangan Paus Fransiskus
BACA JUGA:HLF MSP 2024: Indonesia Senasib Dengan Negara Belahan Bumi Selatan
Diabetes melitus yang merupakan penyakit akibat kelebihan gula menempati posisi ketiga teratas penyebab kematian di Indonesia pada tahun 2019. Dengan tingkat kematian sekitar 57,42 per 100.000 penduduk.
Dilansir dari National Sugar Summit (NSS) yang diselenggarakan pada akhir tahun 2023 lalu, menunjukkan data konsumsi gula pada akhir tahun 2023 mencapai 3,4 juta ton.
Angka ini terbilang cukup drastis mengalami kenaikan bila dibandingkan 10 tahun sebelumnya yang hanya 2,61 juta ton.
Riskesdas 2018 mencatat konsumsi makanan dan minuman manis di Indonesia mencapai 87,9 persen dan 91,49 persen.
BACA JUGA:Diintai Densus 88 Sejak Juli, Terduga Teroris di Bekasi Akhirnya Ditangkap
BACA JUGA:Transformasi Digital: Pemerintah Mulai Rilis Bertahap 3 Aplikasi INA Digital
Persentase ini jauh berkali lipat diatas anjuran Permenkes 2013 yang hanya membatasi 10 persen total energi per hari.
Bahkan di kawasan asia tenggara, Indonesia menempati posisi teratas dari 11 negara. Filipina yang menempati urutan kedua pun, konsumsi gula kurang dari setengah konsumsi gula tahunan Indonesia.
Pada tahun 2022, jumlah penderita diabetes tipe 1 di Indonesia mencapai 41.817 orang. Sementara negara-negara asia tenggara lainnya hanya di angka belasa ribu bahkan di bawah 100 orang di Brunei Darussalam.