BELITONGEKSPRES.COM, PANGKALPINANG - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melaporkan peningkatan konflik antara manusia dan buaya yang disebabkan oleh kerusakan lingkungan di habitat buaya tersebut.
"Selama dua tahun terakhir, kasus konflik antara manusia dan buaya di Babel mengalami peningkatan," ujar Mikron Antariksa, selaku Kepala BPBD Provinsi Kepulauan Babel di Pangkalpinang, Kamis 11 Januari 2024.
Mikron Antariksa menjelaskan bahwa konflik antara manusia dan buaya sering terjadi di daerah rawan banjir selama musim hujan. Saat banjir, buaya masuk ke pemukiman dan menyerang warga yang menjadi korban banjir.
"Kami tidak secara resmi mencatat kasus konflik warga dengan buaya ini karena bukan bencana alam, melainkan konflik akibat kerusakan lingkungan. Kami terus menerima laporan tentang peningkatan kejadian serangan buaya dari tahun ke tahun," jelasnya.
Sebagai contoh, ada kasus serangan buaya terhadap nelayan yang sedang menjaring ikan di sungai baru-baru ini. Di mana tangan kanan korban harus diamputasi akibat gigitan buaya tersebut.
BACA JUGA:Pemetaan BPBD, Ini 33 Daerah Rawan Banjir di Bangka Belitung
BACA JUGA:Petani Bangka Tengah Mengeluh, Polemik Jahe Merah Semakin Memanas
"Baru kemarin, buaya masuk ke kolong rumah warga di Pangkalbalam Kota Pangkalpinang, dan kita harus bersama-sama mewaspadai serta menanggapi situasi ini dengan bijak," kata Mikron Antariksa.
Dalam upaya menjaga kewaspadaan terhadap serangan buaya, BPBD telah berkolaborasi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BKSDA, serta pengembang perumahan di wilayah tersebut.
"Sekarang, area rawa yang merupakan tempat tinggal buaya ini sudah banyak diubah menjadi perumahan, sehingga habitat buaya semakin terbatas dan akhirnya hewan tersebut masuk ke pemukiman dan menyerang penduduk," tandasnya.