Tansplantasi sel dan jaringan pun saat ini dapat dilakukan di Indonesia.
Selain itu, kemajuan ini juga melibatkan perkembangan usia pasien yang dapat ditransplantasikan. Misalnya, pada transplantasi ginjal yang sebelumnya hanya dapat dilakukan pada dewasa kemudian dapat dilakukan pada anak, sedangkan transplantasi hati yang pada awalnya hanya dilakukan pada anak kemudian dapat dilakukan pada dewasa.
Perkembangan transplantasi ini tak lepas dari dukungan pemerintah yang senantiasa memperbaiki sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sehingga dapat membiayai tindakan transplantasi dan obat-obatan yang dibutuhkan untuk perawatan sesudahnya.
Pemerintah juga mendorong perkembangan pelayanan transplantasi di berbagai pusat di luar Pulau Jawa, sehingga masyarakat di bagian barat dan timur Indonesia dapat menerima pelayanan tersebut.
Teknik terbaru
Secara teknis, operasi untuk pendonor kini lebih singkat masa rawatnya karena menggunakan teknik terbaru. Pemantauan resipien pasca-operasi juga dilakukan secara lebih intensif dengan tingkat komplikasi untuk resipien dan donor yang jauh lebih rendah.
BACA JUGA:Menangkap Peluang dari Bonus Demografi di Era Digital
Angka kesintasan para resipien transplantasi ini juga makin tinggi karena majunya teknologi kesehatan dan obat-obatan. Hal lain yang perlu diketahui juga adanya kesempatan untuk melakukan proses transplantasi organ dari donor yang berbeda golongan darah atau disebut sebagai "ABO incompatible".
Terkait inovasi teknologi dan teknik yang digunakan, beberapa yang sudah dilakukan di antaranya adalah: uji cross-match, laparoskopi, Human Leukocyte Antigen (HLA, protein yang ditemukan pada sel tubuh manusia, yang digunakan dalam pencocokan antara donor dan resipien ketika melakukan transplantasi).
Sedangkan untuk transplantasi kornea sudah menggunakan alat yang terbarukan yakni Descemet Membrane Endothelial Keratoplasty (DMEK), yakni perosedur terbaru untuk menggantikan lapisan endotelium dan Descemet's membrane yang rusak), Descemet Stripping Endothelial Keratoplasty (DSEK) (menggantikan lapisan endotelium kornea yang rusak), Descemet Stripping Automated Endothelial Keratoplasty (DSAEK), mirip dengan DSEK tetapi menggunakan teknologi otomatisasi (mikrokeratom) untuk mempersiapkan jaringan donor), laser, dan rekayasa jaringan.
Pengembangan sistem pencatatan untuk meningkatkan jumlah donor juga terus dikembangkan dan diawali dengan program registri transplantasi serta persiapan untuk pengembangan layanan transplantasi dari donor cadaver, sehingga lebih banyak pasien yang mendapat organ untuk ditransplantasikan.
Inovasi lain yang kini juga berkembang adalah layanan "stem cell" yang akan sangat bermanfaat untuk para penderita penyakit terutama penyakit hematologi atau kelainan darah.
Meskipun sudah banyak kemajuan di bidang transplantasi di Indonesia, masih banyak juga rintangan yang perlu dihadapi seperti ketersediaan layanan yang terintegrasi dan layanan pendukung transplantasi seperti pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan sumber daya manusia masih berpusat di kota-kota besar.
BACA JUGA:Mewujudkan Kepemimpinan Tangguh dengan Pendekatan NeuroleadershipKemudian, birokrasi yang panjang dalam persiapan transplantasi, keterbatasan pilihan obat karena harganya masih relatif mahal dan keterbatasan donor, khususnya donor hidup.
Lewat Transplant Fest 2024 ini diharapkan banyak masyarakat yang bisa mengetahui seberapa besar transplantasi mampu menyelamatkan banyak nyawa.
Kegiatan itu membuka mata masyarakat bahwa teknologi transplantasi ini tersedia di Indonesia, dengan teknologi canggih memiliki angka kesintasan atau harapan hidup yang tinggi untuk donor dan resipien atau penerima donor.