Saat peletakan batu pertama pembangunan gedung Fakultas Pertanian Universitas Indonesia (UI) yang kini menjadi Institut Pertanian Bogor (IPB), Presiden pertama Indonesia Soekarno mengatakan, “Soal persediaan makan rakyat ini bagi kita adalah soal hidup atau mati.”
Setelah 72 tahun berlalu, pernyataan tersebut masih tetap relevan. Apalagi, kini konflik geopolitik dan perang dagang membuat harga komoditas pangan meroket, sementara stok menipis karena perubahan iklim yang semakin parah, yang menjadikan musim tanam kian tidak menentu.
Berangkat dari inisiatif untuk turut berkontribusi menjaga ketahanan pangan nasional, PT Pegadaian pun menjalankan program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) di sektor agrikultur yang bertajuk "The Gade Integrated Farming (TGIF)".
TGIF merupakan inovasi program yang mengintegrasikan sektor pertanian dan peternakan dalam satu ekosistem perekonomian yang saling terhubung melalui pendekatan berbasis komunitas untuk mendorong peningkatan kapasitas para petani dan peternak.
Melalui program tersebut, para petani dan peternak binaan diberikan pelatihan terkait praktik pertanian terintegrasi serta pengelolaan sumber daya pertanian secara efisien dan berkelanjutan.
BACA JUGA:Siasat Bergaul di Jagat Tanpa Sekat
Kini, program TGIF telah diimplementasikan di delapan lokasi yang tersebar di Madiun, Tulungagung, Depok, Bekasi, Bogor, Bantul, Kulonprogo, dan Magelang.
Menebar manfaat
Penerapan program TGIF tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi para petani dan peternak binaan, tetapi juga manfaat sosial dengan penciptaan lapangan kerja sehingga pendapatan masyarakat lebih merata.
Selain itu, terdapat pula manfaat ekologi melalui penggunaan bahan-bahan organik yang dapat menurunkan serangan hama terhadap lahan pertanian sembari tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Manfaat tersebut pula yang didapat oleh para peserta program TGIF di Kampung Bungin, Desa Pantai Bakti, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi.
Yuyun, seorang petambak ikan dan petani rumput laut di desa tersebut, mengatakan bahwa pelatihan pembuatan pupuk organik yang diberikan oleh Pegadaian bekerja sama dengan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto telah berkontribusi positif terhadap produksi tambaknya.
BACA JUGA:Harapan Generasi Z Memiliki Rumah Lewat Tapera
Sebelum menggunakan pupuk organik, tambaknya sering terserang hama siput ganggang. Kini, ikan dan rumput laut di tambaknya tumbuh lebih subur, bahkan hasil panennya meningkat hingga 40 persen.
Pemilik tambak rumput laut lainnya, Dedi, menuturkan bahwa selain membantu para petani untuk beralih dari pupuk kimia ke pupuk yang lebih ramah lingkungan, penggunaan pupuk organik juga membantu mengurangi biaya operasional hingga 30 persen.