Qodari mencatat bahwa pengalaman serupa terjadi pada Wakil Presiden ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla, saat pertama kali menjabat dalam periode 2004-2009. Pada masa itu, JK berhasil menduduki posisi Ketua Umum Partai Golkar secara bersamaan dengan jabatan wakil presiden. Hal ini menjadi contoh yang relevan untuk memperkuat argumen bahwa kombinasi antara jabatan wakil presiden dan ketua umum Partai Golkar.
“Dan kita sudah melihat presedennya dengan sangat kuat pada saat Pak Jusuf Kalla menjadi Ketua Umum Partai Golkar tahun 2004-2009 ketika beliau terpilih menjadi wakil presiden bagi Pak Susilo Bambang Yudhoyono,” tandasnya.
BACA JUGA:Daftar Pemenang Oscar 2024, Oppenheimer Dominasi Penghargaan
BACA JUGA:Perpres Terbaru Diumumkan, Ini Jam Kerja ASN Selama Ramadhan
“Jadi saya kira pengalaman Pak JK itu menjadi sebuah pertanda suasana kebatinan yang sangat kuat di Partai Golkar untuk memiliki kaki atau akses di pemerintahan,” tambahnya.
lasan kedua yang disampaikan oleh Qodari adalah bahwa Partai Golkar ke depan harus berorientasi pada anak muda, mengingat mayoritas pemilih berasal dari kalangan tersebut. Oleh karena itu, tantangan yang dihadapi oleh Partai Golkar haruslah diisi oleh banyak kader muda agar dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan pemilih yang mayoritas berasal dari kalangan muda tersebut.
“Partai Golkar ini adalah partai yang tua, partai besar dan kalau kita bicara mengenai pemilih pada hari ini dan pemilih di masa yang akan datang, saya kira Partai Golkar mengalami tantangan bagaimana agar partai ini bisa menjadi partai yang punya orientasi kepada anak muda dan punya tokoh yang juga berasal dari anak muda,” bebernya.
“Hal ini sebetulnya sudah sangat disadari oleh Partai Golkar, kita lihat adanya regenerasi generasi kedua dan generasi ketiga dari pengurus Golkar kepada anak-anak mereka, misalnya begitu banyak sekali anak-anak muda di Golkar yang merupakan penerus dari orang tuanya yang sudah berkiprah lama di Partai Golkar,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Qodari menyatakan bahwa akan menjadi sangat menarik jika Partai Golkar mengadopsi tradisi baru dengan dipimpin oleh seorang anak muda, seperti Gibran Rakabuming Raka, sebagai Ketua Umum, bukan lagi oleh politisi senior seperti yang biasa terjadi. Hal ini menunjukkan semangat untuk memberikan kesempatan kepada generasi muda untuk berperan aktif dalam kepemimpinan partai, serta menghadirkan wajah baru dan ide-ide segar dalam dunia politik.
BACA JUGA:Lagi Bukti Korupsi Timah, Uang Tunai Rp10 Miliar dan SGD 2 Juta Disita
BACA JUGA:Perkuat Hubungan Bilateral, Jokowi Tandatangani MoU Kolaborasi Kendaraan Listrik dengan Australia
“Dan kita lihat juga iklan media iklan politik, iklan pemilunya Partai Golkar juga ada satu versi khusus yang ditujukan kepada anak muda. Nah tentunya akan sangat menarik bagi Partai Golkar apabila Partai Golkar ini masuk kepada sebuah tradisi baru di mana ketua umumnya betul-betul anak muda dalam hal ini Gibran Rakabuming Raka setelah bertahun-tahun sebelumnya orientasinya selalu kepada tokoh yang berusia senior atau berusia lanjut,” bebernya.
Dengan dipimpin oleh seorang anak muda, Qodari menilai bahwa peluang Partai Golkar untuk meningkat secara signifikan secara elektoral di masa depan akan terbuka lebar. Ini terlihat dari pengalaman Pemilihan Presiden 2024 di mana pasangan Prabowo-Gibran sangat dominan di kalangan pemilih muda.
“Kita lihat dari berbagai survei dan exit poll bahwa memang pemilih Prabowo-Gibran itu mayoritas di semua kelompok usia tetapi khusus untuk generasi milenial dan generasi Z proporsinya jauh lebih tebal dibandingkan dengan generasi baby boomers atau generasi X, jadi itu satu indikasi menurut saya bahwa Gibran memiliki daya tarik yang sangat kuat pada anak-anak muda,” ungkap Qodari.
Menurut Qodari, Gibran adalah sosok yang tepat untuk memimpin Partai Golkar karena memiliki daya tarik yang mampu menarik dukungan bagi partai tersebut. Dia dipandang memiliki kemampuan untuk meningkatkan jumlah suara bagi Partai Golkar dengan paradigma dan orientasi yang memandu Indonesia menuju kemajuan pada tahun 2045 mendatang.
BACA JUGA:WNA Asal Korsel Dorong Petugas Imigrasi Dari Lantai 19 Apartemen Hingga Tewas