BELITONGEKSPRES.COM - Kebijakan tarif impor 25% yang direncanakan Donald Trump terhadap Kanada dan Meksiko mulai 4 Maret 2025 bisa menjadi pukulan berat bagi industri otomotif Amerika Serikat.
Langkah ini tidak hanya mengganggu rantai pasokan yang telah terbangun selama puluhan tahun, tetapi juga berpotensi menaikkan harga mobil secara signifikan.
Menurut laporan AP, Minggu 2 Maret 2025, peneliti dari Baker Institute for Public Policy Rice University, David Gantz, menilai bahwa kebijakan tarif ini merupakan ancaman serius bagi industri otomotif di Amerika Utara.
Kebijakan tersebut berisiko merusak rantai pasokan yang telah terbangun selama puluhan tahun serta memperburuk kenaikan harga mobil baru yang sudah tinggi.
BACA JUGA:Gelaran IIMS 2025 Sukses Besar, tapi Motor Listrik Masih Sepi Peminat
Berdasarkan analisis dari perusahaan riset otomotif Kelley Blue Book, tarif ini berpotensi menaikkan harga rata-rata mobil baru di AS hingga US$ 3.000 atau lebih, sementara harga truk pickup tertentu bisa meningkat hingga US$ 10.000.
Jika Kanada dan Meksiko menerapkan tarif balasan yang serupa, dampak ekonomi bisa semakin parah. Hal ini berisiko memicu resesi di Kanada dan Meksiko serta menghambat pertumbuhan ekonomi di AS.
CEO Ford Jim Farley menilai kebijakan ini hanya akan menambah biaya produksi dan memicu ketidakstabilan pasar. Sementara itu, CEO General Motors Mary Barra mengakui GM tengah mencari strategi untuk mengatasi dampaknya.
Tak hanya di dalam negeri, kebijakan tarif ini juga dapat memicu reaksi balasan dari Kanada dan Meksiko. Jika kedua negara menerapkan tarif serupa, dampak ekonominya bisa meluas, dengan potensi resesi di Kanada dan Meksiko serta stagnasi ekonomi di AS.
BACA JUGA:Trump Siap Umumkan Tarif Impor Mobil April 2025, Bakal Bikin Harga Melonjak?
Yang lebih mengkhawatirkan, tarif ini muncul di saat industri otomotif tengah bertransisi ke kendaraan listrik (EV). Dengan biaya produksi yang meningkat akibat tarif, investasi di sektor EV bisa terhambat, memperlambat adopsi teknologi ramah lingkungan di AS.
Meskipun Trump mengklaim bahwa tarif ini bertujuan untuk mengurangi arus imigran gelap dan fentanyl ke AS, data menunjukkan bahwa Kanada bukanlah sumber utama fentanyl yang masuk ke Amerika.
Banyak analis menduga kebijakan ini merupakan strategi Trump untuk menekan Kanada dan Meksiko dalam renegosiasi perjanjian perdagangan USMCA tahun depan.
Dengan berbagai risiko yang muncul, banyak pihak mempertanyakan apakah kebijakan tarif ini akan benar-benar menguntungkan Amerika atau justru menjadi bumerang bagi industri otomotif dan ekonomi AS secara keseluruhan.