Mengatasi Jerat Yolo dengan Strategi Yono

Jumat 28 Feb 2025 - 21:54 WIB
Oleh: Baratadewa Sakti P

Fokus pada tiga hal utama. Pertama, mengurangi beban utang.

Langkah penting untuk mengurangi beban utang adalah dengan memprioritaskan pembayaran utang dengan bunga tertinggi, seperti pinjol. Jika perlu, aset yang tidak penting bisa dijual untuk melunasi utang. Kemudian, dilakukan negosiasi ulang dengan kreditur untuk pembayaran bertahap atau bunga yang lebih rendah. Bagi yang tidak memiliki aset, langkah penting adalah menghitung berapa penghasilan ideal yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok.

BACA JUGA:Mencermati Kasus Pertamax Oplosan

Kedua, berusaha dengan sungguh-sungguh dengan memanfaatkan kemampuan yang dimiliki untuk meraih penghasilan. Ini bisa dilakukan dengan berwirausaha, mencari komunitas wirausaha untuk belajar, atau mengikuti pelatihan dan kursus yang relevan dengan bidang pekerjaan. Berusaha dengan halal berarti menghindari tindakan seperti menipu, kongkalikong, menimbun barang, dan aktivitas lainnya yang merugikan orang lain. Pilih pekerjaan atau bisnis yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat.

Ketiga, bersedekah meskipun situasi masih sulit. Bersedekah dapat menjadi katalis untuk mempercepat pencapaian penghasilan ideal. Mengapa? Karena bersedekah memiliki dampak psikologis yang positif sebagaimana artikel yang terbit di Psychology Today yang menjelaskan saat seseorang bersedekah (memberi), hormon-hormon pemicu rasa bahagia seperti dopamin, serotonin, dan oksitosin dilepaskan.

Rasa bahagia ini meningkatkan perasaan senang dan kepuasan batin, yang kemudian berpengaruh positif pada produktivitas dan semangat bekerja atau berbisnis. Dikuatkan pula oleh hasil riset di Journal of Labor Economics yang menemukan bahwa kebahagiaan dapat meningkatkan produktivitas.

Setelah itu, langkah penting lain adalah menggunakan Matrix Eisenhower untuk menentukan prioritas pengeluaran. Pengelompokan pengeluaran berdasarkan tingkat prioritas dapat membantu dalam mengelola keuangan secara lebih efektif.

Pengeluaran yang termasuk dalam kategori penting dan mendesak seperti makanan, sewa tempat tinggal, pendidikan, dan transportasi harus menjadi prioritas utama karena merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.

Selanjutnya, pengeluaran yang penting namun tidak mendesak seperti tabungan darurat dan investasi kecil harus menjadi prioritas kedua karena berhubungan dengan persiapan untuk masa depan.

Pengeluaran yang tidak penting namun mendesak seperti hiburan mewah dan belanja impulsif sebaiknya dihindari karena hanya akan memboroskan uang tanpa memberikan manfaat jangka panjang.

Terakhir, pengeluaran yang tidak penting dan tidak mendesak seperti barang mewah yang tidak diperlukan harus dihapus dari daftar belanja karena tidak memberikan nilai tambah bagi kehidupan sehari-hari.

Dengan mengikuti prioritas ini, pengelolaan keuangan akan lebih terarah dan efisien. Setelah utang terkendali, alokasikan penghasilan dengan bijak.

BACA JUGA:Digitalisasi Dukung Kepastian Petani Dapat Pupuk Bersubsidi

Untuk mencegah agar tidak kambuh, paparan media sosial yang memicu FOMO sebaiknya mulai dibatasi. Selain itu, waktu berada di platform yang sering menampilkan gaya hidup mewah dikurangi. Akan lebih bermanfaat jika waktu yang ada dimanfaatkan untuk mengikuti seminar literasi keuangan, seperti program OJK, untuk meningkatkan pengetahuan manajemen keuangan.

Membangun mindset juga penting. Jika ingin membeli sebuah barang, sebaiknya lebih memilih barang yang tahan lama dan multifungsi. Prioritas ada pada masalah kualitas, bukan kuantitas. Fokus pada investasi jangka panjang daripada konsumsi sesaat. Contoh: beli emas 24 karat daripada gadget baru.

YONO bukan sekadar tren, tetapi paradigma hidup yang mengajarkan kita untuk "hidup sekali dengan bijak". Bagi mereka yang terjerat hutang karena YOLO, langkah pertama adalah dengan menyadari bahwa perilaku YOLO, FOMO, dan FOPO ini keliru. Kemudian mengakui bahwa perilaku yang keliru ini menjadi sumber timbulnya kekacauan finansial.

Kategori :