Pemkab Kudus, katanya, juga sudah membuat komitmen bersama para pedagang untuk menyediakan tempat sampah sendiri, sehingga sampah tidak ada yang berserakan di jalanan.
Setiap jarak tertentu, Pemkab Kudus juga menyediakan plastik berukuran besar untuk menampung sampah pengunjung yang kebetulan jajan makanan dan dinikmati sambil jalan. Dengan harapan, sampahnya tidak dibuang sembarangan karena di sejumlah lokasi disediakan tempat sampah, termasuk milik pedagang.
Pedagang juga diminta turut peduli dengan mengingatkan para pengunjung untuk membuang sampah pada tempatnya.
Hadirnya relawan tentu disambut gembira, karena setiap malam secara berkelompok mereka berkeliling kawasan Pasar Dandangan sambil memanggul megaphone untuk mengingatkan pengunjung agar membuang sampah pada tempatnya.
Niken Diah Sari, fasilitator Forum Anak Kudus dan Forum Genre Kudus menceritakan aksi para remaja melakukan aksi simpatik di Pasar Dandangan merupakan ide bersama dan baru tahun ini.
Sebelumnya para remaja itu juga turut prihatin dengan TPA Tanjungrejo Kudus yang tidak lagi mampu menampung sampah.
Karena Pasar Dandangan juga wajahnya Kota Kudus di hadapan pengunjung yang berdatangan dari berbagai daerah, maka pihaknya bersama para remaja tidak ingin mendapatkan cap bahwa Kudus sebagai kota yang gagal mengelola kebersihan.
BACA JUGA:Ambang Batas Parlemen & Masa Depan Demokrasi RI
Untuk itulah, para remaja yang merupakan gabungan dari siswa SMP, SMA, dan mahasiswa sepakat turun ke jalan selama dandangan berlangsung, 19-28 Februari, untuk mengkampanyekan pentingnya kebersihan terhadap pengunjung maupun pedagang agar tidak membuang sampah sembarangan.
Sejak 19 Februari mereka turun ke jalan sambil membawa poster dan pengeras suara. Hasilnya kawasan Dandangan relatif bersih dan tak banyak ditemukan sampah berserakan. Pedagang juga mulai peduli membersihkan setiap ada sampah di lingkungannya.
Muhammad Rafi Akbar Syah Putra, siswa SMA 1 Kudus, mengaku bangga bisa ikut berkontribusi menjaga kebersihan kawasan Pasar Malam Kudus.
Sejak Dandangan Kudus digelar, pelajar SMA tersebut sudah tiga kali ikut terlibat mengedukasi dengan keliling lokasi Pasar Malam bersama delapan hingga 10 orang sambil membawa pengeras suara dan plastik sampah.
Meskipun setiap malam pengunjungnya berbeda dengan hari sebelumnya, dia tetap semangat mengajak masyarakat untuk peduli lingkungan dengan memulai dari diri sendiri tidak mengotori lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan.
Jika saat ini belum sadar, kata dia, diharapkan nantinya masyarakat akan menyadari betapa pentingnya mengelola sampah dengan benar. Kesadaran itu setidaknya tidak menambah permasalahan di TPA Tanjungrejo yang hingga sekarang masih diusahakan agar tetap bisa menampung tanpa menimbulkan polusi.
Setiap malam, sampah yang dihasilkan dari lokasi pasar malam itu mencapai tiga truk, dengan kebanyakan merupakan sampah plastik.
BACA JUGA:'Danantara Effect', Transformasi atau Ilusi Ekonomi Megaholding BUMN