BI Perkuat Infrastruktur Air untuk Kendalikan Inflasi Jelang Ramadan

Selasa 25 Feb 2025 - 23:25 WIB
Reporter : Erry Frayudi
Editor : Erry Frayudi

BELITONGEKSPRES.COM - Dalam menghadapi potensi inflasi menjelang Ramadan dan Lebaran, Bank Indonesia (BI) mengambil langkah strategis dengan mendukung pengadaan infrastruktur air, terutama untuk sektor pertanian. Fokus utama diarahkan pada peningkatan ketahanan pangan demi menjaga stabilitas harga komoditas pokok.

Deputi Gubernur BI, Doni Primanto Joewono, menegaskan bahwa ketersediaan air menjadi kunci utama dalam menjaga produksi pangan. Tantangan besar dihadapi daerah-daerah lumbung padi nasional seperti Jawa Timur dan Jawa Tengah, yang masih terkendala akses air. Tanpa sistem pengairan yang memadai, risiko penurunan produksi dapat menyebabkan lonjakan harga dan memicu inflasi.

“Keterbatasan air dapat menghambat produksi pangan, yang pada akhirnya memicu inflasi. Inilah mengapa kami mendukung program pengadaan air ini,” ujar Doni saat kunjungan kerja di Mojokerto, Senin (24/2).

Doni memproyeksikan inflasi menjelang Ramadan dan Lebaran akan tetap terjaga di bawah 3%, didukung oleh potensi deflasi dari penurunan tarif listrik. Meski demikian, inflasi inti tetap harus dimonitor. Selama inflasi inti bertahan di bawah 2%, daya beli masyarakat diperkirakan tetap kuat, sejalan dengan kontribusi konsumsi yang menyumbang 58% terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

BACA JUGA:Pertamina Tegaskan Tidak Ada Oplosan BBM Pertamax

BACA JUGA:Ekonom Nilai Danantara Mampu Tingkatkan Daya Saing BUMN di Sektor Energi

Selain menjaga stabilitas inflasi umum, BI juga menaruh perhatian pada inflasi volatile food, terutama beras, yang memiliki dampak signifikan pada harga pangan nasional. “Kita perlu waspada, khususnya menjelang Ramadan, karena volatile food saat ini masih berada di kisaran 3 persen,” tambah Doni.

Data terbaru BI mencatat, inflasi inti berada di level 2,36% year-on-year (YoY), sementara inflasi kelompok volatile food mencapai 3,07% YoY. Bank sentral optimis target inflasi tetap terkendali dalam rentang 2,5 ± 1 persen.

Doni juga mengingatkan bahwa curah hujan yang tinggi dari Januari hingga April 2025 akan mendukung produksi beras. Namun, tantangan sebenarnya diprediksi muncul pada musim kemarau yang diperkirakan mulai Mei 2025, saat kebutuhan pengairan lahan pertanian menjadi lebih mendesak.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Maruli Simanjuntak, turut mengapresiasi dukungan BI terhadap pengadaan air bersih. Ia menyoroti fakta bahwa sekitar 27 juta jiwa di Indonesia masih belum memiliki akses air bersih.

“Program TNI baru bisa membantu 1,2 juta jiwa mendapatkan akses air. Kami berharap pemerintah daerah bisa melanjutkan program ini hingga menjangkau seluruh rumah warga,” ujar Maruli. Ia juga menegaskan pentingnya pengembangan infrastruktur sanitasi, mengingat dampaknya yang besar terhadap kesehatan masyarakat.

Dengan kolaborasi antara BI, TNI, dan pemerintah daerah, program ini diharapkan mampu menjadi solusi jangka panjang dalam menjaga ketahanan pangan, mengendalikan inflasi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama menjelang periode Ramadan yang penuh tantangan. (jawapos)

Kategori :