BELITONGEKSPRES.COM - Menteri Agama, Nasaruddin Umar, menekankan pentingnya kesadaran terhadap keberlanjutan lingkungan, dengan menyoroti peran nilai-nilai keagamaan dalam upaya tersebut. Dalam keterangan yang diterima di Jakarta pada Minggu, Nasaruddin menyatakan, "Saya mendukung penuh inisiatif lingkungan dan mendorong penggunaan bahasa agama dalam upaya ini. Kami berkomitmen untuk mengembangkan 'religious diplomacy'."
Konsep "religious diplomacy" ini mengacu pada penggunaan dialog antaragama untuk membangun kerjasama dalam pelestarian lingkungan. Melalui pendekatan ini, tokoh-tokoh agama dapat bersinergi, menyatukan pandangan, dan mendorong umat mereka untuk lebih peduli terhadap isu lingkungan.
Dengan demikian, nilai-nilai keagamaan dapat berfungsi sebagai alat yang ampuh untuk meningkatkan kesadaran kolektif dan mendorong tindakan nyata dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Pernyataan Menag Nasaruddin disampaikan bersamaan dengan berlangsungnya Bali Interfaith Movement pada 14-15 Desember 2024, yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama, United in Diversity, dan Jaringan GUSDURian.
Alissa Wahid, inisiator Bali Interfaith Movement dan Direktur Jaringan GusDurian, menjelaskan bahwa Deklarasi Istiqlal menjadi dasar kerja dan semangat kolaborasi dalam kegiatan ini. Dia menekankan pentingnya Deklarasi Istiqlal untuk terus digemakan dan menjadi sumber inspirasi bagi umat beragama.
BACA JUGA:Wamenkeu: Realisasi Anggaran Kesehatan Capai Rp164,3 Triliun Hingga November 2024
BACA JUGA:TNI AD Siap Dukung Ketahanan Pangan, Bentuk Batalyon Infanteri Teritorial di Kalimantan
Deklarasi Istiqlal merupakan pernyataan bersama dari tokoh lintas agama di Indonesia, yang bertujuan memperkuat toleransi, memperjuangkan keadilan sosial, dan menjaga kelestarian lingkungan. Pernyataan ini merupakan respons terhadap tantangan global dan nasional, termasuk krisis kemanusiaan dan kerusakan lingkungan.
Lebih lanjut, Dirjen Bimas Islam Kemenag, Kamaruddin Amin, menambahkan bahwa Deklarasi Istiqlal juga menjawab isu dehumanisasi dan krisis lingkungan.
Ia menegaskan perlunya keterlibatan semua pihak dalam mengatasi masalah ini, dan jajaran Ditjen Bimas Kemenag bersama tokoh lintas agama akan terus memperkuat semangat deklarasi tersebut.
Dr. Suyoto M.Si dari United in Diversity menambahkan bahwa Bali Interfaith Movement, sebagai bagian dari Tri Hita Karana Universal Reflection Journey, menempatkan konteks global sebagai bagian tak terpisahkan dari tantangan nasional.
Ia percaya bahwa membangun kesadaran kolektif dan tindakan berkelanjutan dapat dilakukan dengan pendekatan berbasis agama sebagai langkah menuju transformasi yang berkelanjutan. (ant)