Fenomena Penurunan Daya Beli Masyarat Kelas Menengah Jadi Sorotan, Ini Pemicunya
Ilustrasi masyarakat kelompok menengah-Istimewa---
JAKARTA, BELITONGEKSPRES.COM - Fenomena penurunan kelas menengah di Indonesia menjadi sorotan baru-baru ini, mengundang perhatian para ekonom dan masyarakat.
Berdasarkan data Bank Dunia, sejak tahun 2019, proporsi kelas menengah di Indonesia mengalami penurunan dari 23% pada 2018 menjadi hanya 21% pada 2029. Sebaliknya, kelompok aspiring middle class (AMC) atau kelas menengah bawah meningkat dari 47% menjadi 48%.
Laporan Mandiri Spending Index (MSI) menunjukkan peningkatan signifikan dalam biaya makanan. Pengeluaran untuk bahan makanan naik dari 13,9% pada Januari 2023 menjadi 27,4% dari total pengeluaran pada Juli 2024. Peningkatan ini dipicu oleh lonjakan harga bahan pangan, yang juga dirasakan oleh Hari, seorang pegawai kantoran.
Hari menuturkan bahwa ketidakstabilan harga bahan pangan menjadi tantangan utama bagi kelas menengah. "Harga kebutuhan pokok naik, tetapi gaji tetap sama," ungkapnya saat diwawancarai.
BACA JUGA:Waspada! Ini Daftar Pinjol Ilegal yang Masih Aktif hingga Juli 2024
BACA JUGA:Ekonom Sebut Pertamina Perlu Sesuaikan Harga BBM Nonsubsidi, Ini Alasannya
Selain itu, program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) dan asuransi kendaraan bermotor semakin menambah beban ekonomi.
"Iuran Tapera dan kewajiban asuransi kendaraan memotong pendapatan, sementara gaji tidak naik," jelas Hari.
Selama setahun terakhir, Indeks Tabungan kelas menengah turun dari 100 pada Januari 2023 menjadi 96,6 pada Juni 2024. Sebaliknya, konsumsi meningkat dari 120 menjadi 122 pada periode yang sama. Ekonom Bank, Andry Asmoro, menilai stagnasi ini sebagai indikasi persepsi penurunan pendapatan di kalangan kelas menengah dan atas.
Optimisme ekonomi masyarakat kelas menengah bawah juga mengalami penurunan. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) untuk mereka yang memiliki pengeluaran Rp 1-2 juta menurun dari 114,9 pada Mei 2024 menjadi 109,2 pada Juni 2024. Angka ini mendekati tingkat pesimis, menandakan menurunnya kepercayaan terhadap kondisi ekonomi saat ini. (dis)