Elon Musk dan Memudarnya Kekuatan Daya Halus Amerika Serikat
![](https://belitongekspres.bacakoran.co/upload/b82d04be87f507804582025fc6016a55.jpg)
Ilustrasi - Bendera Amerika Serikat--ANTARA/Pixabay
Dalam sebuah wawancara yang biasanya jarang dilakukan oleh pemimpin lembaga spionase Rusia, Direktur Badan Intelijen Luar Negeri (SVR) Rusia Sergei Naryshkin baru-baru ini menyatakan bahwa Amerika Serikat mulai kehilangan kendali atas situasi global.
Wawancara yang dilakukan oleh kantor berita Rusia, RIA Novosti itu mengutip ucapan Naryshkin yang menyebutkan bahwa hegemoni lama yang diwakili AS secara bertahap tengah merosot dan kehilangan kendali.
Tentu saja, berbagai pihak dapat mengeluarkan argumen yang menentang penilaian Naryshkin, tetapi ada sejumlah peristiwa yang layak disorot di AS yang terkait dengan penilaian tersebut. Salah satu peristiwa itu adalah kontroversi penutupan Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) yang dilakukan oleh Elon Musk, miliarder yang kini mengepalai Departemen Efisiensi Pemerintah AS (DOGE).
Menurut cuitannya di akun X pada Ahad 2 Februari, Musk menyebut USAID sebagai "organisasi kriminal" yang sudah saatnya untuk "mati".
BACA JUGA:HPN 2025: Media Instan vs Fakta Jadi Tantangan Pers di Era Digital
USAID merupakan alat utama dalam kebijakan luar negeri AS dalam konteks, antara lain, memberikan bantuan kemanusiaan, mendorong demokrasi, dan mendukung pembangunan ekonomi di banyak negara. Dengan demikian, berbagai bentuk bantuan yang disalurkan oleh USAID dapat dikatakan sebagai bentuk membantu meningkatkan citra global AS serta memperkuat hubungan hubungan Paman Sam dengan negara lain.
Sedangkan DOGE itu dibentuk Presiden AS Donald Trump dengan tujuan memangkas pengeluaran federal untuk melakukan penghematan. Maka, USAID yang pada tahun fiskal 2023 mengelola dana lebih dari 40 miliar dolar AS merupakan target empuk DOGE.
Musk menyatakan penutupan USAID itu telah disetujui oleh Presiden Trump, serta dia juga mengunggah di X bahwa tujuannya adalah menghentikan agar uang pajak warga AS "tidak dicuri karena sampah dan penipuan".
Bila bantuan yang diberikan oleh USAID dapat dikategorikan sebagai "sampah dan penipuan", maka dapat dikatakan bahwa kekuatan soft power (daya halus) AS juga sedang tergerus. Hal ini karena daya halus suatu negara merupakan kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain melalui cara-cara nonkoersif, seperti budaya, diplomasi, dan bantuan pembangunan.
BACA JUGA:HPN Sebagai Momentum Refleksi UU Pers dan Relevansinya Kini
Dengan terhentinya bantuan dari USAID kepada sejumlah negara, maka dapat dipastikan bahwa kemampuan daya halus AS juga akan memudar. Hal ini juga membuka berbagai upaya dari negara pesaing AS (baca: China) untuk dapat menggelontorkan bantuan lebih banyak dan menunjukkan kekuatan daya halus mereka di tengah merosotnya bantuan AS.
Selain penutupan USAID, Elon Musk melalui akun media sosial DOGE juga mengatakan telah menghemat lebih dari 1 miliar dolar AS dengan membatalkan kontrak terkait program Keberagaman, Kesetaraan, dan Inklusi (DEI). Berbagai program DEI dirancang untuk mendorong keadilan, keterwakilan, dan peluang bagi orang-orang dari berbagai latar belakang di berbagai sektor, termasuk di beragam tempat kerja, bidang pendidikan, sektor pemerintahan, dan banyak lagi jenisnya.
Dalam beberapa kasus, program DEI mungkin terkait dengan kebijakan tindakan afirmatif yang bertujuan untuk memperbaiki diskriminasi di masa lalu dengan memberikan preferensi atau dukungan tambahan kepada kelompok yang kurang terwakili.
Namun, langkah tersebut berbeda dengan kesalahpahaman bahwa DEI adalah kuota untuk kelompok minoritas, karena DEI kerap melibatkan pendekatan yang lebih holistik dengan mempertimbangkan latar belakang dan pengalaman pelamar.