Awas Polarisasi di Sekitar Anda! (Catatan Perjalanan Program APS 2024)
Ares Faujian--
BACA JUGA:Di Antara Gugus Batu Karang: Kisah Djoni Menuju Kursi Bupati Belitung
Menyikapi Polarisasi
Dalam menghadapi polarisasi, pendekatan Adam Kahane tentang stretch collaboration menawarkan strategi yang menarik. Pendekatan ini mencakup 3 langkah utama.
Pertama, accept the plurality of the situation. Kita harus menerima bahwa perbedaan adalah realitas yang tak dapat dihindari. Seperti kata Kahane (2017) melalui karyanya Collaborating with the Enemy mengungkapkan bahwa, kolaborasi tidak berarti kita harus sepakat, tetapi kita harus belajar bekerja dengan perbedaan.
Kedua, experiment to find a way forward. Solusi untuk polarisasi tidak datang dengan sendirinya. Kita perlu mencoba berbagai pendekatan kreatif untuk membangun jembatan antara pihak-pihak yang berseberangan.
Ketiga, seeing yourself as part of the problem, not outside of it. Mengakui bahwa kita mungkin memiliki kontribusi terhadap masalah adalah langkah penting dalam menciptakan solusi bersama. Sehingga perlu bagi kita untuk belajar peka terhadap lingkungan sekitar.
BACA JUGA: Solusi Mengatasi 'Pandemi' Judi Online
Menurut Teori Cermin Diri (Looking-Glass Self), Cooley dalam bukunya Human Nature and the Social Order tahun 1902 menjelaskan bagaimana identitas diri seseorang dibentuk melalui interaksi sosial dengan orang lain. Dalam artikel “Memahami Teori Cermin Diri Menurut George Horton Cooley”, cermin diri sendiri merupakan sebuah analogi tentang kemampuan seseorang untuk melihat dirinya sendiri (kumparan.com, 2023).
Cooley menggambarkan bahwa individu melihat dirinya seperti melihat bayangan di cermin sosial. Artinya, persepsi tentang diri seseorang itu terbentuk dari bagaimana seseorang dilihat dan dinilai oleh orang lain karena perilakunya sendiri.
Selain strategi kolaborasi (stretch collaboration), membangun dialog positif dengan mereka yang berbeda pandangan menjadi kunci. Pendekatan Nonviolent Communication (NVC) yang dikembangkan oleh Marshall Rosenberg (dalam Prakarsa Sangra Juliano, 2018) adalah salah satu metode efektif untuk membuka ruang diskusi.
Langkah pertama adalah observe without judging. Langkah mengamati tanpa memberikan penilaian (menghakimi) ini menghindari kritik dan lebih mengutamakan fakta, sehingga tidak memicu reaksi defensif.
BACA JUGA:Optimalisasi Penerimaan Pajak Tanpa Menaikkan PPN
Misalnya, daripada mengatakan "Kamu ini selalu egois saat bicara," lebih baik berkata, "Saya mendengar bahwa Anda menyampaikan pendapat dengan penuh keyakinan." Tentunya ini akan memicu respon yang berbeda. Perbedaan kalimat yang disampaikan akan memengaruhi respon, walapun sebenarnya maksud sama. Ingat, ini adalah tahap observasi, sehingga kita tidak boleh langsung menggeneralisasi sesuatu yang belum tentu benar.
Kedua, express our feelings. Setelah mengamati, kita perlu menyampaikan perasaan kita dengan jujur. Misalnya, "Saya merasa bingung dan sedikit cemas ketika arah diskusi ini terasa seperti tidak terfokus." Dengan menyatakan perasaan secara jujur namun tidak menyalahkan, lawan bicara lebih mungkin memahami kondisi emosional kita tanpa merasa diserang.
Ketiga, express and clarify our needs. Langkah ini adalah menyampaikan kebutuhan yang menjadi dasar perasaan kita. Misalnya, "Saya membutuhkan kejelasan dalam diskusi ini agar kita bisa mencapai keputusan bersama." Dengan menyampaikan kebutuhan, kita mengarahkan diskusi pada solusi, bukan sekadar saling menyalahkan.
Langkah terakhir adalah express specific request, yakni mengajukan permintaan yang jelas dan konkret. Misalnya, "Bisakah kita membuat kesepakatan untuk saling memberikan waktu berbicara selama 2 menit tanpa interupsi?" Permintaan ini memberikan panduan tindakan yang spesifik dan dapat diukur, sehingga lebih mudah dipahami dan diimplementasikan.