Mewujudkan Pemilu tanpa Pilu
BADRUL MUNIR----
Saat ini tahapan Pemilu 2024 memasuki masa kampanye, termasuk ajang debat calon presiden dan calon wakil presiden. Di sisi lain, penyelenggara pemilu mulai menjaring jutaan calon anggota kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) yang bertugas di 823.220 TPS. Kita berharap KPPS bisa menjalankan tugasnya dengan baik, jujur, dan bertanggung jawab. Dan, yang lebih penting mereka tetap sehat dan tidak sakit. Apalagi sampai ada yang meninggal dunia seperti Pemilu 2019.
Sejarah mencatat Pemilu 2019 sebagai pemilu paling memilukan dengan korban jiwa terbanyak. Yakni, 894 petugas KPPS meninggal dan 5.175 anggota KPPS menderita sakit serius saat bertugas. Mereka seolah menjadi ’’tumbal” pemilu tersebut. Kita berharap hal itu tidak terulang pada Pemilu 2024.
Penyebab Kematian
Menurut ilmu kedokteran, penyebab kematian (cause of death) itu adalah hilangnya fungsi kesadaran dan diikuti berhentinya fungsi organ penting manusia. Terutama organ jantung (untuk memompa darah) dan organ paru (untuk pernapasan). Atas dasar itulah, menurut ilmu kedokteran untuk memastikan kematian, dokter harus memeriksa fungsi organ tersebut secara teliti dan adekuat.
Fungsi kesadaran manusia dikendalikan otak manusia. Terutama di bagian otak yang bernama batang otak dan korteks serebri. Batang otak berfungsi mencetuskan listrik dan neurotransmiter otak (zat kimia otak) untuk disebarkan ke bagian otak lain sehingga disebut penggalak kesadaran.
BACA JUGA:Bidadari yang Berselendang Bianglala
BACA JUGA:Menilik Keberpihakan Capres kepada BUMDes
Sedangkan korteks serebri berfungsi menangkap aktivitas listrik dan neurotransmiter yang dipancarkan batang otak untuk dikelola agar seseorang bisa mengenali dan waspada terhadap lingkungan sekelilingnya sehingga dalam kondisi sadar.
Dengan begitu, korteks serebri itu disebut pengembang kesadaran. Berkurangnya atau hilangnya salah satu dan atau dua bagian otak tersebut akan menyebabkan pasien tidak sadar (koma dan bisa berlanjut dengan kematian bila tidak ditangani secara cepat dan adekuat).
Sementara itu, jantung berfungsi memompa dan mengalirkan darah dan komponen isinya ke seluruh organ tubuh, termasuk otak. Bila jantung berhenti bekerja secara mendadak, otak bagian kesadaran tidak mendapatkan asupan oksigen dan glukosa sehingga fungsi bekerjanya juga hilang dan akhirnya jatuh ke koma dan kematian.
Penyakit yang sering mengakibatkan kematian mendadak sering berhubungan dengan kelainan pembuluh dan peredaran darah. Baik pembuluh darah di jantung (kardiovaskular) maupun pembuluh darah otak (serebrovaskular).
Menurut WHO, kematian akibat penyakit jantung dan stroke menempati peringkat tertinggi pertama dan kedua di seluruh dunia. Sedangkan berdasar data Kementerian Kesehatan pada 2023, penyebab kematian penyakit tertinggi di Indonesia adalah stroke (19,4 persen) dan penyakit jantung (14,3 persen).
Mengacu data Kementerian Kesehatan tersebut, bila didapati banyak petugas KPPS 2019 yang meninggal mendadak saat mereka bertugas di hari pencoblosan dan penghitungan suara, sangat mungkin penyebabnya adalah dua penyakit tersebut.
Walaupun, seharusnya dilakukan audit forensik untuk memastikan penyebab kematian (cause of death) petugas KPPS tersebut. Sayang, otopsi forensik tidak pernah dilakukan sehingga penyebab pasti kematian petugas KPPS 2019 tidak diketahui secara pasti.