Resesi 2025 di Depan Mata: Strategi Bertahan di Tengah Krisis

Naura Nevlin Primastivana Putri, Mahasiswi Hukum Universitas Diponegoro-Istimewa-

BACA JUGA:Melewati Ujian Demokrasi

Investasi yang Cermat dan Terukur

1. Diversifikasi Investasi

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), salah satu kunci dalam menjaga kestabilan ekonomi di tengah resesi adalah dengan memperkuat inklusi keuangan, termasuk mendorong masyarakat untuk melakukan diversifikasi investasi. OJK mendorong masyarakat untuk berinvestasi pada produk yang aman seperti reksadana pasar uang, obligasi negara, dan instrumen investasi lain yang memiliki risiko rendah. Hal ini diharapkan dapat membantu masyarakat menjaga nilai aset mereka selama periode krisis ekonomi. 

Diversifikasi menjaga portofolio investasi agar tetap aman saat resesi. Investasi yang hanya berfokus pada satu sektor atau jenis aset berisiko tinggi terkena dampak negatif jika sektor tersebut mengalami penurunan. Oleh karena itu, penting untuk memiliki portofolio yang terdiversifikasi, mencakup saham, obligasi, emas, dan bahkan properti.

Saham dari perusahaan yang stabil dan mapan sering kali menjadi pilihan yang baik selama resesi, terutama di sektor-sektor seperti kebutuhan pokok, kesehatan, dan energi. Sementara itu, obligasi pemerintah atau perusahaan yang memiliki peringkat kredit tinggi juga dapat menjadi opsi yang lebih aman karena lebih stabil dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu.

2. Berinvestasi dalam Aset yang Menguntungkan Saat Resesi

Emas dan properti adalah dua jenis investasi yang biasanya tetap stabil atau bahkan mengalami peningkatan nilai selama resesi. Emas sering kali dianggap sebagai "safe haven" karena nilainya cenderung bertahan atau meningkat saat ekonomi mengalami tekanan. Demikian pula, properti yang berada di lokasi strategis dan memiliki permintaan tinggi dapat memberikan penghasilan pasif melalui penyewaan.

Namun, penting untuk memahami bahwa berinvestasi dalam aset tersebut memerlukan analisis yang matang dan tidak terburu-buru. Pastikan untuk berkonsultasi dengan penasihat keuangan atau melakukan riset mendalam sebelum mengambil keputusan investasi besar.

BACA JUGA:Bagaimana AI Mengubah Keamanan Siber: Ancaman yang Perlu Diwaspadai

3. Hindari Investasi Berisiko Tinggi

Saat resesi, godaan untuk mencari keuntungan cepat melalui investasi berisiko tinggi, seperti spekulasi saham atau mata uang kripto, bisa sangat besar. Namun, keputusan yang tergesa-gesa ini bisa membawa risiko yang lebih besar. Saat kondisi ekonomi tidak menentu, volatilitas pasar meningkat, dan investasi yang sebelumnya terlihat menguntungkan bisa berubah menjadi jebakan finansial. Lebih baik memilih pendekatan investasi yang lebih konservatif dengan fokus pada pertumbuhan jangka panjang daripada mengejar keuntungan instan yang tidak pasti.

Beradaptasi dengan Inovasi dan Peluang Baru

1. Meningkatkan Keterampilan dan Keahlian

Resesi sering kali menyebabkan persaingan di dunia kerja semakin ketat. Oleh karena itu, berinvestasi dalam peningkatan keterampilan dan keahlian adalah langkah yang sangat penting. Mengikuti pelatihan, seminar, atau kursus online dapat membantu kita tetap relevan dan meningkatkan peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih stabil, atau bahkan membuka peluang untuk berwirausaha.

Keahlian di bidang teknologi, manajemen, dan keuangan cenderung menjadi keterampilan yang sangat dibutuhkan saat resesi. Menguasai kemampuan baru di bidang-bidang ini dapat membuka pintu menuju pekerjaan yang lebih aman atau menciptakan peluang bisnis baru di masa depan.

2. Memanfaatkan Peluang Usaha di Masa Resesi

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan