Hendrya Sylpana

Pusat Data

Dahlan Iskan--

SUATU saat saya bertemu anak muda. Asalnya kota kecil. Nilai di sekolahnya biasa-biasa saja. Ia pun hanya tamat SMA. Tidak kuliah. Tapi ia punya kemampuan –yang bagi orang lama seperti saya– menakjubkan.

Tentu ia punya nomor telepon banyak orang, termasuk nomor HP yang saya pegang. Saya pun ingin mengujinya.

"Silakan Anda bajak nomor saya ini," kata saya.

Anak muda itu pun main-main sebentar dengan HP miliknya. Lalu teman di sebelah saya menerima WA. Dari saya. Dari nomor saya. Dengan foto wajah saya di nomor itu.

BACA JUGA:Terbakar? Dibakar?

BACA JUGA:Gundah Marah

Padahal saya lagi ngobrol asyik dengan beberapa teman di situ. Saya memang pegang HP, tapi tidak melakukan apa pun. Tiba-tiba ada yang menerima WA dari nomor saya.

Anak itu bisa '’mencuri'’ password saya. Tentu ia hanya sekali itu saja melakukannya. Ia berjanji tidak akan melakukan lagi kirim WA sebagai saya.

Katanya: tadi itu hanya untuk membuktikan bahwa ia punya kemampuan seperti itu.

Itu setahun lalu. Bulan itu saya masih bertemu lagi beberapa kali dengannya lalu tidak bertemu lagi. Saya pun lupa kalau pernah punya teman semuda dan sehebat itu.

Saya baru ingat ia lagi minggu lalu. Yakni ketika media menghebohkan terjadinya pembobolan Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) milik Indonesia di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika.

BACA JUGA:Humor Gagap

BACA JUGA:Unair Green

Saya pun mencari anak muda itu. Saya merasa sulit menulis soal pembobolan itu kalau belum bertemu dengannya. Saya ingin tahu kira-kira seperti apa kejadiannya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan