Hendrya Sylpana

Terbakar? Dibakar?

Dahlan Iskan--

RABU lusa, para wartawan di Karo akan menyalakan lilin bersama. Lokasinya: di reruntuhan rumah rekan mereka di Kabanjahe.

Nama rekan wartawan itu: Rico Sempurna Pasaribu. Usia sekitar 45 tahun. Sempurna tewas terbakar di rumahnya bersama istri, anak, dan cucunya.

Para wartawan sudah mendesak agar aparat keamanan mengungkap sejelas-jelasnya: itu kebakaran atau dibakar.

Kecurigaan sengaja dibakar sangat beralasan. Dalam dua minggu terakhir, Sempurna gigih mengungkapkan perjudian sampai backing-backing-nya. Sempurna juga gigih menulis soal peredaran narkoba di Karo. 

Karo menduduki posisi ketiga terbesar untuk peredaran narkoba di Sumut. Hanya kalah oleh Medan dan Binjai.

BACA JUGA:Gundah Marah

BACA JUGA:Humor Gagap

Untuk menulis artikel ini, saya menghubungi wartawan di Kabanjahe: Marko Sembiring Keloko. Marko adalah teman Sempurna. Mereka bersama-sama meniti karir sebagai wartawan. Awalnya sebagai koresponden harian Senior Medan di Karo.

Ketika Marko pindah ke koran Poskota Sumatera, Medan, Sempurna juga pindah ke sana –sebagai wartawan di Karo. Lalu ketika Marko pindah lagi ke Pos Metro 22 Jam, Sempurna pun tetap selangkah.

Setelah tiga kali selalu bersama pindah media mereka berpisah. Marko ke Pos Metro Medan milik grup Jawa Pos. Sempurna pindah ke media online bernama tribratatv.com. Tapi mereka tetap satu kota: di Kabanjahe.

Hari menjelang tewas itu Marko masih bertemu Sempurna. Mereka sama-sama meliput demo antijudi dan antinarkoba di Karo. Yang melakukan demo adalah tokoh-tokoh agama di Karo: Kristen, Islam, Katolik, Buddha. Jumlah pendemo sekitar 300 orang.

BACA JUGA:Unair Green

BACA JUGA:Jalan Umur

Mereka demo di dua lokasi: Pemkab Karo dan Polres Karo. Mereka meliput sampai pukul 11.00 siang. Setelah itu keduanya ke rumah makan: Marko memesan sup ayam kampung. Sempurna hanya memesan jus jeruk. Sempurna mengaku sarapannya agak siang. Masih belum lapar.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan