Terjadi Cuaca Panas Terik di Indonesia, Kepala BMKG Ungkap Penyebabnya
Warga melintas di pelican crossing, Tosari, Jakarta.Dinas Kesehatan DKI Jakarta meminta warga untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan ketika kondisi cuaca panas terik guna terhindar dari sengatan panas (heat stroke). (DERY RIDWANSAH/ JAWAPOS.COM)--
BELITONGEKSPRES.COM, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, menjelaskan penyebab cuaca panas terik yang belakangan ini terjadi di Indonesia. Menurutnya, hal itu disebabkan oleh peralihan musim hujan ke musim kemarau di beberapa wilayah Indonesia.
Suhu panas yang dirasakan saat ini adalah akibat dari pemanasan permukaan, yang terjadi karena mulai berkurangnya pembentukan awan dan juga berkurangnya curah hujan.
Dwikorita menyatakan bahwa kondisi "gerah" yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia belakangan ini adalah sesuatu yang umum terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau.
"Periode peralihan ini umumnya dicirikan dengan kondisi pagi hari yang cerah, siang hari yang terik dengan pertumbuhan awan yang pesat diiringi peningkatan suhu udara, kemudian terjadi hujan pada siang menjelang sore hari atau sore menjelang malam hari," ungkap Dwikorita kepada wartawan, Selasa 7 Mei.
Dalam kondisi seperti ini, pada malam hari, suasana gerah serupa juga dapat terasa jika langit masih tertutup awan dengan suhu udara serta kelembaban udara yang relatif tinggi. Kemudian, udara secara perlahan akan mulai dirasakan mendingin kembali ketika hujan mulai turun.
BACA JUGA:TPN Ganjar-Mahfud Resmi Dibubarkan Setelah Kalah Pilpres 2024
BACA JUGA:Polri Sita Sabu Seberat 3,78 Ton, Kokain 11,45 Ton, dan Ekstasi Sebanyak 1,2 Juta Butir
Sementara itu, Deputi Bidang Klimatologi, Ardhasena Sopaheluwakan, mengungkapkan bahwa suhu udara maksimum tertinggi di Indonesia selama seminggu terakhir tercatat terjadi di Palu, dengan mencapai 37,8°C pada tanggal 23 April lalu.
Selain itu, suhu udara maksimum di atas 36,5°C juga tercatat di beberapa wilayah lain, seperti pada tanggal 21 April di Medan, Sumatera Utara, yang mencapai 37,0°C, dan di Saumlaki, Maluku, yang mencapai suhu maksimum sebesar 37,8°C. Selain itu, pada tanggal 23 April di Palu, Sulawesi Tengah, suhu mencapai 36,8°C.
Berdasarkan hasil pantauan jaringan pengamatan BMKG, Ardhasena menyatakan bahwa hingga awal Mei 2024, baru sekitar 8% wilayah Indonesia (56 Zona Musim atau ZOM) telah memasuki musim kemarau.
Wilayah yang sudah memasuki periode musim kemarau tersebut meliputi sebagian Aceh, sebagian Sumatera Utara, bagian utara Riau, sekitar Pangandaran di Jawa Barat, sebagian Sulawesi Tengah, dan sebagian Maluku Utara.
BACA JUGA:Kasus Mutilasi Istri di Ciamis, Sang Suami Terlilit Utang 100 Juta Lebih
BACA JUGA:Menteri Perdagangan Beri Pesan pada Pelaku Jastip Agar Taat Bayar Pajak
Untuk periode hingga satu bulan ke depan, beberapa wilayah di Indonesia diperkirakan akan memasuki musim kemarau. Wilayah-wilayah tersebut termasuk sebagian Nusa Tenggara, sebagian pulau Jawa, sebagian pulau Sumatera, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Maluku, serta bagian timur dan selatan dari Papua.