Lapangan 'Kerja Hijau' Bagi Generasi Z
Lapangan 'Kerja Hijau' Generasi Z--
Seolah berkejaran dengan waktu, menjadi pentingnya memanfaatkan secara optimal sisa waktu (sampai tahun 2036) bonus demografi, agar dapat menjadi negara maju.
Universitas-universitas di Indonesia secara umum sudah mumpuni untuk menjawab kebutuhan tenaga kerja di lapangan pekerjaan hijau.
Misalnya, universitas atau politeknik yang mengajarkan penggunaan energi terbarukan untuk kendaraan listrik. Atau fakultas-fakultas ekonomi manajemen yang juga mulai mengajarkan green business untuk perusahaan-perusahaan rintisan.
Dalam program strategis menuju industrialisasi berbasis ramah lingkungan, pendidikan menjadi faktor penting dalam mencetak generasi baru yang memiliki kompetensi, agar lebih kompetitif di tingkat global, setidaknya pada aras regional Asia Tenggara.
Dengan akses pendidikan tinggi berkualitas yang lebih luas, generasi baru Indonesia tumbuh menjadi pribadi berkarakter unggul, sekaligus kompeten di bidang yang menjadi minatnya.
Tanpa akses pendidikan, terutama pendidikan vokasi (politeknik), bonus demografi yang saat ini sedang berlangsung, akan terlewati begitu saja.
Visi Indonesia Emas 2045 mensyaratkan tersedianya SDM unggul dan kompetitif, hanya bisa dicapai bila didukung akses pendidikan yang baik.
Lembaga pendidikan tinggi mengambil peran strategis dalam mencetak SDM berkualitas.
Merujuk Statistik Pendidikan tinggi 2020, jumlah lembaga pendidikan tinggi di Indonesia mencapai 4.593, yang seharusnya mencukupi untuk menampung lulusan SMA/SMK, yang berjumlah 3,7 juta per tahun, namun hanya sekitar 58 persen yang kemudian melanjutkan ke tingkat pendidikan tinggi.
BACA JUGA:Jurus Menjawab Darurat Pangan
BACA JUGA:Menjaga Ketersediaan Energi untuk Hari Kemenangan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, diyakini kian tinggi pula kualitasnya, memiliki pengetahuan dan kemampuan global untuk menopang gerak laju pembangunan.
Karena itu di tengah keterbatasan anggaran negara, langkah Pemerintah untuk meningkatkan rasio penduduk berpendidikan tinggi (hingga S-3), melalui optimalisasi anggaran pendidikan patut diapresiasi.
Indonesia bisa belajar dari Singapura dan Korea Selatan dalam meniti jalan menjadi negara maju berbasis industri, salah satunya dengan cara menyelaraskan sistem pendidikan dengan pembangunan industri.
Kemudian bagaimana pelaku industri tidak hanya sekadar menjadi pengguna, namun mereka juga terlibat aktif memberi masukan mengenai kurikulum pendidikan.