Penumpang Whoosh Naik 6,3 Persen Meski Dihantam Isu Korupsi dan Utang
Penumpang antre naik ke dalam Kereta Cepat Whoosh-KCIC-Beritasatu.com
BELITONGEKSPRES.COM - Meski proyek Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) tengah disorot karena polemik utang dan dugaan korupsi, layanan kereta cepat Whoosh tetap berjalan normal dan justru mencatat kenaikan jumlah penumpang yang signifikan.
Data PT KCIC menunjukkan, sepanjang Januari hingga Oktober 2025, jumlah penumpang Whoosh mencapai lebih dari 5,1 juta orang, naik 6,3% dibanding periode yang sama tahun lalu yang tercatat 4,8 juta penumpang. Sejak resmi beroperasi komersial pada Oktober 2023, total pengguna Whoosh kini sudah menembus 12,2 juta penumpang.
General Manager Corporate Secretary KCIC, Eva Chairunisa, mengatakan peningkatan ini membuktikan bahwa masyarakat semakin percaya pada layanan Whoosh sebagai moda transportasi cepat, efisien, dan nyaman antara Jakarta dan Bandung.
Kenaikan penumpang juga ditopang sejumlah faktor strategis: penambahan frekuensi perjalanan menjadi 62 kali per hari, pembukaan Stasiun Karawang yang memperluas jangkauan rute, serta penguatan integrasi antarmoda di setiap stasiun.
BACA JUGA:KPK Sebut Layanan Whoosh Tetap Jalan Meski Sedang Diusut Korupsi
BACA JUGA:KPK: Penyelidikan Korupsi Proyek Whoosh Tak Alami Hambatan
Saat ini, seluruh stasiun Whoosh terkoneksi langsung dengan moda transportasi lain seperti LRT, kereta komuter, bus, shuttle, taksi, dan transportasi daring, membuat perjalanan pengguna semakin praktis dan seamless menuju pusat kota, bandara, atau kawasan wisata.
Sementara itu, KPK masih melakukan penyelidikan atas dugaan korupsi dan mark up anggaran pembangunan proyek senilai lebih dari Rp120 triliun tersebut. Juru Bicara KPK Budi Prasetyo menyebut, tim penyidik masih menelusuri bukti awal untuk memastikan ada atau tidaknya unsur pidana dalam proyek ini.
“Tim masih fokus menemukan peristiwanya dahulu. Proses penyelidikan masih berjalan,” ujar Budi di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan.
Proyek Whoosh diketahui menelan biaya sekitar US$ 7,27 miliar, di mana 75% pendanaannya berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB) dengan bunga 2% per tahun. Namun, persoalan pembayaran utang tersebut kini masih menjadi perdebatan.
BACA JUGA:Restrukturisasi Utang Whoosh dan Pergeseran Kerja Sama Infrastruktur
BACA JUGA:KPK Telah Selidiki Dugaan Korupsi Proyek Whoosh Sejak Awal 2025
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menolak jika utang jumbo proyek Whoosh dibebankan ke APBN. Ia menegaskan tanggung jawab pembiayaan ada di BPI Danantara, yang saat ini tengah menyiapkan tim untuk berangkat ke China guna menegosiasi ulang skema pinjaman tersebut.
Meskipun diselimuti polemik, performa operasional Whoosh justru menunjukkan ketahanan yang kuat. Keberhasilan menjaga pertumbuhan penumpang di tengah isu korupsi dan utang menjadi sinyal bahwa kepercayaan publik terhadap moda transportasi cepat pertama di Indonesia masih tinggi. (beritasatu)