Memacu Pendidikan Digital di Sekolah
Dua siswa mengikuti pembelajaran coding berbasis Arduino pada pameran karya siswa di Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (2/5/2025). Pameran karya siswa yang digelar pada peringatan Hari Pendidikan Nasional 2025 tersebut untuk mendorong semangat belajar agar me-Budi Candra Setya/nym-ANTARA FOTO
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Prof. Dr Abdul Mu’ti membuat terobosan baru memacu pendidikan digital di sekolah melalui pembelajaran coding dan kecerdasan buatan.
Menurut Mendikdasmen, pembelajaran itu diharapkan mendorong dunia pendidikan agar bisa mengikuti pesatnya teknologi digital saat ini. Pemberian keterampilan seperti coding dan kecerdasan buatan (Artifical Intelegent/AI) diharapkan akan bisa membantu anak-anak Indonesia untuk menghadapi kemajuan teknologi informatika.
Tampaknya Abdul Mu’ti terinspirasi oleh praktik di banyak negara maju yang sudah memulai pengajaran teknologi tinggi seperti coding dan AI sejak dini.
Jepang misalnya, telah mengajarkan pemrograman komputer sebagai mata pelajaran wajib di sekolah dasar dan sekolah menengah sejak 2016. Saat itu, beberapa kota di Jepang seperti Koga (Prefektur Ibaraki) dan Takeo (Prefektur Saga) telah memasukkan pelajaran pemrograman komputer di sekolah dasar melalui kerja sama dengan sejumlah perusahaan dan relawan. Hal tersebut dilaporkan telah berhasil meningkatkan minat belajar siswa.
BACA JUGA:Mengabadikan Peninggalan Budaya Tulis Lampung Kuno di Era Digital
Singapura telah menjadikan coding sebagai mata pelajaran wajib bagi siswa kelas 4 hingga 6 sekolah dasar sejak 2020. Para siswa mendapatkan pembelajaran tersebut melalui sebuah program yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Otoritas Pengembangan Media Infocomm (IMDA), bernama 'Code For Fun'.
Dalam tahap awal implementasinya, siswa diwajibkan mengambil program pembelajaran ini selama 10 jam dalam satu tahun ajaran. Program pembelajaran pemrograman sebelumnya telah diberlakukan sebagai mata pelajaran opsional sejak 2014, di mana materi terkait AI dan keamanan siber (cyber security) juga diajarkan. Pemerintah Singapura menyatakan bahwa materi pembelajaran teknologi diberikan untuk mengenalkan cara berpikir komputasional yang merupakan dasar dari coding.
Selain negara-negara tersebut, sejumlah negara maju lain sudah menanamkan pembelajaran pemrograman dan ilmu komputer dalam kurikulum pendidikannya sejak lama. Misalnya, Australia dan Amerika yang memiliki pelajaran khusus sains komputer di seluruh sekolah. Kemudian Finlandia yang mengajarkan coding dalam bentuk e-learning untuk dipelajari siswa secara mandiri, dan masih banyak negara lain yang telah mengajar coding dan sebagainya.
BACA JUGA:Tahun Baru Islam Momentum Perkuat Ekonomi Berbasis Syariah
Dengan perkembangan pendidikan di tingkat global seperti di atas maka wajar pada tahun 2025 Kemendikdasmen berencana memperkenalkan pembelajaran coding dan AI ini mulai dari sekolah dasar, dengan menjadikannya sebagai mata pelajaran pilihan pada tahun ajaran 2025-2026. Jika tidak segera dilakukan, pendidikan Indonesia bisa tertinggal dengan negara lain. Pada gilirannya akan membuat Indonesia secara keseluruhan juga ikut terbelakang dalam penguasaan teknologi berbasis komputer.
Karena itu, Kemendikdasmen segera bergerak cepat memperkenalkan pembelajaran coding dan AI bertujuan untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang efektif terkait dengan coding dan kecerdasan buatan. Materi itu akan menjadi mata pelajaran pilihan bagi sekolah menengah pertama dan sekolah menegah atas pada tahun pelajaran 2025-2026, yang siap secara infrastruktur, sarana dan prasarananya.
Fokus utama kegiatan ini adalah untuk mempersiapkan peserta didik menghadapi era digital dengan keterampilan berpikir kritis, numerasi, dan literasi digital. Pembelajaran coding mengajarkan pola pikir logis dan sistematis, sedangkan AI meningkatkan pemahaman siswa tentang pengelolaan data dan pengambilan keputusan berbasis teknologi.
Pengintegrasian coding dan kecerdasan buatan ke dalam kurikulum pembelajaran merupakan langkah strategis dalam mempersiapkan siswa menghadapi era digital. Mata pelajaran ini bersifat pilihan dan akan diterapkan di sekolah yang memiliki kesiapan dari segi sarana, infrastruktur, serta kemampuan siswa.
BACA JUGA:Antara Akal dan Algoritma Mendidik Manusia Bersama Mesin