Indonesia Komitmen Bangun Tata Kelola AI yang Adil, Inklusif dan Aman

Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid (kedua kanan) dalam acara Ministerial Meeting of GPAI Members and Interested Countries, bagian dari AI Action Summit yang berlangsung di Paris, Prancis, Minggu (9/2/2025)-Kemkomdigi/am-ANTARA/HO

BELITONGEKSPRES.COM - Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menegaskan komitmen Indonesia dalam membangun tata kelola kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang adil, inklusif, dan aman bagi semua negara.

Dalam Ministerial Meeting of GPAI Members and Interested Countries di ajang AI Action Summit di Paris, Prancis, Minggu 9 Februari waktu setempat, Meutya menyampaikan bahwa kebijakan AI global harus mencerminkan keseimbangan antara kepentingan negara maju dan realitas negara berkembang seperti Indonesia.

"Indonesia percaya bahwa pengelolaan AI harus berbasis keadilan, inklusivitas, dan keamanan. Kami ingin memastikan bahwa regulasi AI tidak hanya menguntungkan negara maju, tetapi juga memberi ruang bagi negara berkembang untuk berkontribusi dan berkembang," ujar Meutya dalam keterangan pers Kementerian Komunikasi dan Digital di Jakarta, Senin.

Indonesia menekankan perlunya kolaborasi global dalam pengembangan AI yang berorientasi pada kepentingan publik dan kesejahteraan sosial. Hal ini sejalan dengan tema utama pertemuan, GPAI's Role in Building Inclusive Global Governance of AI.

BACA JUGA:Bareskrim Polri Periksa 44 Saksi dalam Kasus Pagar Laut Tangerang

BACA JUGA:Celios Usulkan Penerapan MBG Berbasis Sasaran, Derikan Kepada yang Paling Membutuhkan

"AI memiliki potensi besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi global, tetapi kita harus memastikan bahwa teknologi ini tidak menciptakan kesenjangan baru. Indonesia akan terus aktif dalam diskusi kebijakan AI internasional untuk mewujudkan teknologi yang aman, etis, dan inklusif bagi semua," lanjutnya.

Indonesia juga menegaskan bahwa AI harus digunakan sebagai alat untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dengan tetap menempatkan manusia sebagai pusat inovasi.

"Kehadiran Indonesia di forum ini bukan sekadar untuk ikut serta dalam diskusi global, tetapi untuk memastikan bahwa suara negara berkembang didengar dan dipertimbangkan dalam regulasi AI dunia," tambah Meutya.

AI Action Summit turut dihadiri oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot, Menteri Digital Prancis Clara Chappaz, Menteri Luar Negeri Serbia Marko Uri, serta menteri komunikasi dan digital dari negara-negara anggota OECD dan mitranya.  (antara)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan