Gus Dur, Abdul Mu'ti, dan Libur Ramadhan
Mendikdasmen Abdul Mu'ti usai menghadiri Tanwir 1 Aisyiyah di Jakarta, Rabu (15/1/2025)-Lintang Budiyanti Prameswari/am-ANTARA
Di sisi lain, Abdul Mu'ti mengajukan solusi yang lebih pragmatis, penyesuaian jadwal agar pendidikan tetap berlangsung, meski dalam suasana Ramadhan.
Namun, di tengah situasi Indonesia saat ini, semua harus bertanya, bisakah bangsa ini menyeimbangkan keduanya?
Dunia yang penuh persaingan menuntut anak-anak kita untuk siap menghadapi tantangan global. Tapi, pendidikan bukan hanya soal kompetisi; ia juga tentang membentuk individu yang mampu menjaga nilai-nilai kemanusiaan.
Pendekatan pragmatis Mu'ti memang adaptif, tetapi pertanyaannya, apakah bangsa ini siap mengorbankan sisi kemanusiaan dan spiritualitas demi kemajuan akademis yang tanpa henti?
BACA JUGA:Mengenal Alat Musik Migran di Pulau Belitong
Bisakah pendidikan karakter dan pendidikan akademik benar-benar terpisah? Jawaban atas pertanyaan ini mungkin akan menentukan arah pendidikan Indonesia ke depan.
Sebagai bangsa yang kaya akan keberagaman, negeri ini harus bijaksana dalam merumuskan kebijakan pendidikan.
Apa yang cocok untuk sebagian siswa, mungkin tidak berlaku bagi yang lain. Penyesuaian yang ditawarkan Mu'ti memang praktis, tetapi apakah itu cukup untuk memberi ruang bagi pendidikan yang menyeluruh? Pendidikan yang menilai siswa tidak hanya berdasarkan nilai ujian, tetapi juga berdasarkan integritas, kedewasaan, dan kualitas kemanusiaan mereka?
Pada akhirnya, perdebatan ini bukan hanya soal kebijakan yang tepat, tetapi juga soal pandangan kita terhadap masa depan.
Gus Dur dan Abdul Mu'ti, meski dengan perspektif yang berbeda, memberikan negeri ini pilihan, apakah ingin mencetak generasi yang siap bersaing di kancah global, atau mendidik anak-anak kita untuk menjadi individu yang berkarakter, penuh kasih, dan siap menghadapi dunia dengan nilai-nilai luhur?
Yang pasti, pendidikan lebih dari sekadar ujian, angka, dan kompetisi. Ia adalah tentang membentuk generasi yang cerdas dalam berbagai aspek, akademis, sosial, dan spiritual.
BACA JUGA:Menunggu Pembuktian Patrick Kluivert di Bulan Maret
Seperti yang pernah dikatakan Gus Dur, "Pendidikan yang sejati adalah pendidikan yang mengajarkan kita untuk peduli, bukan hanya tahu." Itulah pelajaran penting yang harus terus kita ingat di tengah perubahan zaman.
Jalan Tengah
Ramadhan adalah bulan penuh makna bagi umat Muslim, saat Ramadhan adalah waktu untuk refleksi, peningkatan ibadah, dan kedekatan dengan Tuhan.
Namun, di tengah tuntutan dunia modern, sering kali banyak yang terjebak dalam kontradiksi yang menguji kesabaran.