Garuda dan Gaung Indonesia di Tanah Genghis Khan Mongolia
Patung Genghis Khan berkuda di Tsonjin Boldog, Mongolia--(ANTARA/Desca Lidya Natalia)
"Kami juga sedang ingin membangkitkan kembali koperasi. Kami memiliki kementerian koperasi dan usaha kecil dan menengah karena organisasi kami ingin bekerja dengan sistem koperasi mengingat mayoritas anggota kami adalah usaha kecil dan menengah, termasuk para pengusaha muda dengan perusahaan-perusahaan rintisannya," kata Tur-Od.
Indonesia, menurut Tur-Od, merupakan pasar yang sedang berkembang, sekaligus kekuatan regional di Asia Pasifik, seperti juga China dan India.
"Negara-negara berkembang, seperti Mongolia, selalu berada di sisi yang tidak seimbang untuk perdagangan, khususnya dengan negara-negara yang jauh lebih maju, termasuk Rusia dan China, tapi kami berupaya untuk menyeimbangkannya, terutama karena pada masa Uni Soviet, hampir 90 persen barang berasal dari sana," kata Tur-Od.
Tidak hanya dengan pebisnis dan kalangan media, keinginan Indonesia untuk mempererat hubungan bilateral dengan Mongolia juga disampaikan langsung Dubes Djauhari, saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Mongolia Battsetseg Batmunkh di Kementerian Luar Negeri Mongolia pada Senin (9/11).
"Kami berbicara mengenai bagaimana memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Mongolia yang punya sejarah panjang juga. Area kerja sama yang kita bahas di bidang ekonomi, khususnya perdagangan. Saya menyampaikan ada investor dari Indonesia berminat dengan proyek-proyek yang ditawarkan dari Mongolia karena saya tahu persis ada beberapa investor Indonesia yang bergerak di sini," ucap Djauhari.
Selain itu dibahas juga upaya untuk meningkatkan volume perdagangan antarkedua negara karena produk-produk Indonesia sudah mulai masuk ke pasar Mongolia.
Produk-produk Indonesia yang ditemukan ANTARA di supermarket Ulan Batar, antara lain teh, mi instan, camilan kentang, hingga suplemen vitamin.
Sektor lain yang juga dibahas adalah kerja sama di bidang sosial budaya, termasuk di bidang pariwisata.
Sementara Menlu Battsetseg Batmunkh, dalam pertemuan itu mengungkapkan keinginan pemimpin negaranya untuk dapat melakukan kunjungan resmi ke Indonesia.
"Ibu menteri juga menyampaikan bahwa mereka merencanakan untuk high level visit ke Indonesia, apakah itu presiden atau perdana menteri Mongolia yang juga baru terbentuk pada tahun 2024 ini karena merupakan second term kepemimpinan untuk presidennya," ujar Djauhari.
Mongolia diketahui baru kembali membuka Kedutaan Besar di Indonesia setelah Duta Besar (Dubes) Mongolia untuk Indonesia Enkhtaivan Dashnyam menyerahkan surat kepercayaan kepada Presiden Prabowo Subianto pada 4 November 2024. Hal tersebut dilakukan, setelah Kedubes Mongolia di Jakarta tutup sementara karena pandemi COVID-19, sehingga hanya ada kantor Konsulat Kehormatan Mongolia di Surabaya, Jawa Timur.
Hubungan diplomatik Mongolia dan Indonesia sendiri sudah terjalin cukup lama, yaitu sejak 1956. Tercatat Presiden Soekarno pernah berkunjung ke Ulan Bator pada 1956, kemudian dilanjutkan Presiden Megawati Soekarnoputri pada 2003 dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2012.
Genghis Khan berkuda
Mongolia, negara dengan luas wilayah 1.564.116 km persegi atau lebih besar dari gabungan Prancis dan Jerman memang "hanya" berpenduduk 3,49 juta jiwa (2004), sehingga kepadatannya adalah sekitar 2 orang per kilometer persegi.
Sebagian besar wilayahnya berupa dataran tinggi, stepa, dan gurun (termasuk Gurun Gobi), sehingga daerah perdesaan menjadi tempat yang dapat membangkitkan untuk dijelajahi.