Baca Koran belitongekspres Online - Belitong Ekspres

Menapaki Jejak Nahdlatul Wathan: Kisah Besar dari Tanah Seribu Masjid

Ratusan ribu warga Nahdlatul Wathan (NW) dari berbagai pelosok Nusantara hadir pada puncak perayaan Hari Jadi (Hadi) ke-70 organisasi NW di Lapangan Umum Ummuna Hj Sitti Raihanun Zainuddin Pondok Pesantren Syaikh Zainuddin NW Lombok Timur--(ANTARA HO-Istimewa)

MATARAM, BELITONGEKSPRES.COM - Di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang kaya budaya, tradisi, dan sejarah, terdapat kisah panjang tentang agama, pendidikan, dan geliat kehidupan masyarakat yang dapat berjalan beriringan.

Nusa Tenggara Barat (NTB), yang dikenal sebagai “Tanah Seribu Masjid”, bukan sekadar simbol keagamaan, tetapi juga saksi lahirnya gerakan sosial dan pendidikan yang telah mengubah wajah masyarakatnya.

Salah satu gerakan paling berpengaruh adalah Nahdlatul Wathan (NW), organisasi Islam yang lahir dari semangat dakwah dan pendidikan, tapi kemudian meluas menjadi motor penggerak sosial, budaya, dan pembangunan masyarakat di NTB.

Pada 1 Maret 1953, di Pancor, Lombok Timur, Tuan Guru Kyai Haji (TGKH) Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan NW. Awalnya, gerakan ini sederhana, berfokus pada pendidikan agama bagi anak-anak dan pemuda setempat.

Namun, semangatnya yang besar untuk mencerdaskan generasi, membumikan ajaran agama, dan memberdayakan masyarakat membuat NW perlahan tumbuh menjadi kekuatan sosial yang signifikan.

Dari madrasah kecil hingga kampus modern, dari pengajian sederhana hingga aksi sosial skala provinsi, NW membuktikan bahwa organisasi lokal dapat menorehkan pengaruh besar yang melampaui batas wilayah.

Seiring perjalanan waktu, NW mengalami dinamika internal yang memunculkan dua pusat kepengurusan besar yakni NW Pancor dan NW Anjani. Keduanya berdiri di Lombok Timur, tapi menjalankan program pendidikan, dakwah, dan sosial masing-masing

NW Pancor tetap memfokuskan diri pada pengembangan Institut Agama Islam Hamzanwadi (IAIH) Pancor dan Universitas Hamzanwadi, melanjutkan kiprah pendidikan dan dakwah di wilayah basisnya. Sementara itu, NW Anjani mengelola IAIH Anjani serta jaringan madrasah di berbagai daerah, menjalankan program pendidikan dan sosial secara mandiri.

Meskipun berbeda kepengurusan, keduanya tetap menjaga semangat yang sama yakni mendidik generasi muda, memberdayakan masyarakat, dan menebar manfaat sosial di NTB.

Perbedaan struktural ini justru memperluas jangkauan NW, memungkinkan organisasi menjangkau lebih banyak komunitas dan memberikan dampak positif yang lebih luas bagi masyarakat.

Lebih dari tujuh dekade perjalanan, NW telah mencetak ribuan kader yang kini menjadi guru, pemimpin komunitas, aktivis sosial, hingga pejabat publik di NTB.

Jejak NW juga terlihat dalam madrasah, pesantren, perguruan tinggi, kegiatan sosial, dan berbagai program kebudayaan yang menegaskan peranannya sebagai motor penggerak pembangunan masyarakat.

NW bukan sekadar organisasi keagamaan, tetapi kekuatan sosial yang menyinergikan pendidikan, budaya, dan aksi nyata untuk kesejahteraan masyarakat.

Pendidikan

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan