Dalam kehidupan pribadi, kita juga sering menghadapi dilema ini. Seorang idealis mungkin bermimpi memiliki karier yang sepenuhnya bermakna, tetapi pragmatisme mengingatkan bahwa tagihan harus dibayar dan kebutuhan sehari-hari harus dipenuhi. Tantangannya adalah bagaimana menjalani hidup yang seimbang antara mengejar cita-cita dan menghadapi kenyataan.
Menjaga Idealisme Tetap Hidup
Di tengah arus pragmatisme yang kuat, menjaga idealisme tetap hidup adalah sebuah tantangan tersendiri. Berikut beberapa cara untuk melakukannya:
1. Berpegang pada Prinsip: Miliki prinsip dasar yang tidak dapat dinegosiasikan, meskipun harus berkompromi dalam aspek lain. Prinsip ini akan menjadi pijakan moral yang kuat.
2. Berpikir Fleksibel: Jangan takut untuk mengadaptasi pendekatan tanpa kehilangan visi. Fleksibilitas bukan berarti mengkhianati nilai, melainkan cara untuk bertahan di tengah situasi yang berubah.
3. Membangun Aliansi: Cari orang-orang yang memiliki visi serupa. Kolaborasi dapat memperkuat idealisme dan memberikan peluang untuk mengimplementasikannya dengan cara yang lebih praktis.
4. Mengukur Dampak: Idealismemu akan lebih kuat jika dibuktikan dengan dampak nyata, sekecil apa pun. Hasil ini akan menjadi bukti bahwa prinsip yang kamu pegang layak diperjuangkan.
BACA JUGA:Di Antara Gugus Batu Karang: Kisah Djoni Menuju Kursi Bupati Belitung
Kesimpulan
Idealisme dan pragmatisme bukanlah musuh yang harus saling menyingkirkan. Sebaliknya, keduanya dapat saling melengkapi dan memperkaya satu sama lain. Idealisme memberikan visi, sementara pragmatisme menyediakan cara untuk mencapainya.
Di tengah dunia yang semakin pragmatis, idealisme adalah api kecil yang harus terus dijaga. Ia adalah pengingat bahwa kita bukan hanya makhluk yang mengejar hasil, tetapi juga entitas yang memiliki nilai, harapan, dan impian. Dalam keseimbangan antara idealisme dan pragmatisme, kita bisa menemukan cara untuk hidup tidak hanya realistis, tetapi juga bermakna.
*) Muchlis Ilham, wartawan senior Belitong Ekspres di Belitung Timur