JAKARTA - Sepak bola Indonesia kini menatap masa depan dengan penuh optimisme. Setelah bertahun-tahun dihadapkan pada berbagai persoalan, mulai dari dualisme organisasi hingga skandal pengaturan skor, perubahan besar mulai terasa dalam beberapa tahun terakhir.
Pemerintah, bersama PSSI (Persatuan Sepakbola seluruh Indonesi), telah merumuskan langkah-langkah strategis untuk mengembangkan sepak bola nasional hingga mampu berprestasi di tingkat dunia.
Di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, optimisme itu semakin menguat. Berbagai inisiatif, mulai dari renovasi stadion-stadion besar hingga pelatihan intensif bagi tim nasional, menunjukkan komitmen Indonesia untuk membangun fondasi sepak bola yang kokoh.
Dengan segala upaya ini, impian untuk membawa sepak bola Indonesia mendunia bukan lagi sekadar angan-angan, tetapi target yang semakin dekat untuk diwujudkan.
BACA JUGA:Mengarusutamakan Kesetaraan Gender untuk Ekonomi Berkelanjutan
Saat itu, di pelataran Istana Merdeka, Jakarta, 23 Oktober 2019, dalam suasana yang tampak santai--bahkan sambil duduk, Presiden Joko Widodo memperkenalkan para menterinya di Kabinet Indonesia Maju.
Satu per satu menteri maju ketika namanya dipanggil Presiden, tetapi yang paling diingat tentu saja ketika nama Zainudin Amali sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) disebut.
Sebab, ketika itu, pesan Presiden kepada Zainudin Amali dibalut dalam dua kata sederhana yang, di kemudian hari, ternyata mengubah wajah persepakbolaan Indonesia.
"Sepak bolanya, Pak!", kata Presiden singkat lalu tersenyum.
Karena disampaikan dalam kondisi yang rileks, awalnya banyak yang mengira dua kata sederhana dari Presiden kepada Menpora periode 2019--2023 itu hanyalah semacam candaan untuk memecah keheningan.
BACA JUGA:Mengukir Kemandirian Energi Bersih di 'Telur Emas' Bali
Namun, realitasnya sangat jauh berbeda. Diksi itu rupanya mengandung banyak hal penting mulai dari menggambarkan bagaimana karut marutnya persepakbolaan Indonesia sebelum itu dan strategi untuk memajukannya demi prestasi dunia di masa depan.
Pada periode pertama kepemimpinan Presiden Joko Widodo, tahun 2014-2019, sepak bola Indonesia memang lebih banyak mengurusi perihal luar lapangan.
Bisa dikatakan, masa itu dikenang sebagai saat-saat kelam sepak bola Indonesia lantaran masalah demi masalah datang silih berganti hingga prestasi seolah berhenti.
Bulan April 2015, Pemerintah melalui Menpora kala itu Imam Nahrawi membekukan PSSI lantaran persoalan dualisme organisasi yang tidak kunjung usai.